Model Analisis
Framing
Analisis framing
digunakan untuk menganalisa bagaimana media massa mengemas peristiwa, media
massa “merekontruksi ulang” realita, peristiwa, suasana, keadaan, tentang
orang, benda, bahkan pendapat-pendapat berkaitan dengan peristiwa tersebut.
Redaksional media massa; wartawan, editor, redaktur, redaktur pelaksana,
pimpinan redaksi yang mencari, meliput peristiwa, penulisan
ulang-pengabungan-pengabungan sebagai proses editing, dan menyeleksi
berita-berita mana yang layak dimuat dalam surat kabar. Kriteria berita berisi
5W + 1 H (apa, siapa, dimana, kapan, mengapa dan bagaimana), baik untuk
laporan/berita langsung (hard news)maupun soft news atau feature.
Berita tidak saja
berisi informasi tentang sesuatu hal, tetapi informasi tersebut harus menarik
dan penting, atau memiliki nilai berita (news valeu).Misalnya: “ada pekerja
yang mati mengenaskan” itu adalah “informasi”, tetapi bila pekerja tersebut
mati karena ledakan pipa gas di aareal lumpur panas Lapindo, itu baru informasi
yang menarik perhatian dan dianggap penting-layak untuk diketahui. Sesuatu yang
menarik biasanya sesuatu yang tidak lazim, tidak biasa, aneh, berbeda,
dframatis, tidak pernah-atau jarang terjadi, yang tidak diharapkan, tidak
seperti yang seharusnya, yang diperkirakan menyebabkan hal yang lebih baik atau
lebih buruk dsb. Sesuatu yang
pentingbiasanya apabila melibatkan orang banyak, kepentingan orang
banyak, banyak orang yang merasakan, dsb.
Siregar (1999) dalam
Bharata (2004:171) mengemukakan bahwa : Redaksional media akan berusaha
subyektifitas tentang yang apa yang menarik dan penting menurutnya akan menarik
dan penting menurut pembaca. Nilai berita ini apabila dijabarkan lebih lanjut
adalah significane (penting), timliness (waktu; pen :news is new), magnitude
(besar,pen:serius), proximity (kedekatan), prominence (ketenaran) dan human
interest.
Apakah berita itu
obyektif. Pendapat Everette E Denis dari kubu positifis mengemukakan bahwa
obyektifitas berita dapat diukur dengan memisahkan antara fakta dan opini,
menghindari pandangan emosiaonal dalam melihat peristiwa, memperhatikan prinsip
keseimbangan dan keadilan, dan melihat pristiwa dari dua sisi (cover both
side). Sedangkan John C Merril obyektifitas dalam jurnalistik merupakan hal
yang tidak mungkin. Proses kerja jurnalistik mulai dari pencarian berita,
peliputan, editing, kemudian juga
seleksi berita merupakan kerja yang subyektif, disarikan dari Bharata
(2004:169).
Entman dalam Bharata
(2004:181) mengemukakan : ide perihal framing pertama kali dilontarkan oleh
Baterson pada tahun 1995. Frame pada awalnya dimaknai sebagai struktur
konseptual yang mengorganisasi pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta
menyediakan kategori-kategori standard untuk mengapresiasikan realitas. Framing
pada dasarnya merupakan pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan
rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berfikir tertentu
terhadap peristiwa yang diwacanakan
Dimensi framing dimulai
dengan pemilihan berita dan memberikan penekanan atau penonjolan aspek atau isu
tertentu dalam berita. Hal tersebut dilakukan dengan penempatan berita di
halaman utama, penulisan kata atau kalimat tertentu pada gambar pendukung,
pemakaian grafis yang kontras sehingga memiliki peluang untuk diingat dalam
peta mental pembaca. Selanjutnya framing berkaitan dengan pengunaan kata,
kalimat dalam berita, simbol, konsepsi, ide, pengambaran dsb, sehingga frame
berita dapat dilihat dari makna dibalik
kata, kalimat, simbol, ide dsb yang memberikan gambaran tertentu dan makna tertentu
dari teks media tersebut.
Suatu realitas yang
sama yang dikemas oleh wartawan yang berbeda akan menghasilkan berita yang
berbeda, karena perbedaan sudut pandang dan penekanan dari aspek-aspek yang berbeda. Dengan demikian ada
realitas yang sebenarnyadan realitas-realitas
yang merupakan bentukan media
yang nota bene merupakan kontruksi-pemaknaan pemahaman wartawan beserta
dewan redaksional atas realitas yang sebenarnya.
Model Analisis Framing
Setelah memahami prinsip dasar dari framing sekarang
mari kita melihat model-model framing yang umum digunakan. Model
analisis framing antara lain dari Murray Edelman, Entman, William A. Gamson & Andre Modigliani, serta Pan & Kosicki.
1.
Murray Edelman, apa yang diketahui tentang
realitas atau tentang dunia tergantung bagaimana membingkai dan mengkonstruksi
realitas, realitas yang sama bisa jadi akan menghasilkan realitas yang berbeda
ketika realitas tersebut dibingkai atau dikonstruksi dengan cara yang berbeda.
Murray Edelman mensejajarkan framing sebagai “kategorisasi” yaitu pemakaian
perspektif tertentu dengan pemakaian kata-kata yang tertentu pula yang
menandakan bagaimana fakta atau realitas dipahami (Eriyanto, 2007).
Kategori merupakan abstraksi dan
fungsi dari pikiran sehingga manusia dapat memahami realitas yang dapat
mempengaruhi pikiran dan kesadaran publik, sama seperti propaganda.
Salah satu gagasan utama Murray
Edelman adalah dapat mengarahkan pandangan khalayak akan suatu isu dan
membentuk pengertian mereka akan suatu isu. Dalam praktik pemberitaan media
misalnya, kategorisasi atas suatu peristiwa umumnya ditindaklanjuti dengan
mengarahkan pada kategori yang dimaksud. Kategorisasi ini memiliki aspek
penting yaitu rubrikasi. Klasifikasi yang dilakukan akan mempengaruhi emosi
khalayak ketika memandang atau melihat suatu peristiwa.
2. Robert N. Entman, melihat framing dalam dua dimensi
besar, yaitu sebagai berikut :
a. Seleksi
isu, Aspek ini berhubungan dengan pemilihan fakta. Dari realitas yang kompleks
dan beragam itu akan dipilih satu aspek yang diseleksi untuk ditampilkan. Dari
proses ini selalu terkandung didalamnya ada bagian berita yang dimasukkan,
tetapi ada juga yang dikeluarkan. Tidak semua aspek atau bagian berita
ditampilkan.
b. Penekanan
atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/isu, Aspek ini berhubungan
dengan penulisan fakta. Ketika aspek tertentu dari suatu peristiwa/isu tersebut
telah dipilih, kemudian memikirkan bagaimana aspek itu diceritakan. Hal
tersebut sangat berkaitan dengan pemilihat kata, kalimat, gambar, dan citra
tertentu untuk dapat ditampilkan pada khalayak.
Entman mengatakan framing dilakukan
dalam empat tahap, yaitu: pertama, pendefinisian masalah/define problem tentang
bagaimana melihat suatu isu/peristiwa dan sebagai masalah apa isu/perisiwa itu
dilihat, kedua, memperkirakan masalah atau sumber masalah/diagnose cause
tentang peristiwa itu dilihat sebagai apa serta siapa yang dianggap sebagai
penyebab dari suatu masalah. Ketiga membuat keputusan moral/make moral
judgement tentang nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan masalah dan
nilai moral apa yang dipakai untuk menyatakan suatu tindakan, keempat,
menekankan penyelesaian/treatment recommendation tentang penyelesaian apa yang
ditawarkan untuk mengatasi masalah/isu dan jalan apa yang ditawarkan dan harus
ditempuh untuk mengatasi masalah.
3.
William A. Gamson & Andre Modigliani, menyebutkan dalam framing, cara pandang terbentuk dalam
kemasan (package) yang mengandung konstruksi makna atas peristiwa yang akan
diberitakan (Sobur, 2006). Kemasan itu semacam skema dan struktur pemahaman
yang digunakan individu untuk mengkonstruksi makna pesan-pesan yang ia
sampaikan, serta untuk menafsirkan makna pesan yang ia terima, cara pandang
atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedimikian rupa, dan menghadirkan
konstruksi makna peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana (Eriyanto,
2007).
4.
Pan & Kosicki, dalam tulisan mereka Framing
Analysis: An Approach to News Discourse, Pan & Kosicki
mengoperasionalisasikan empat dimensi struktural teks berita sebagai
perangkat framing, yaitu: sintaksis, skrip, tematik dan retoris.
Keempat dimensi struktural tersebut membentuk semacam tema yang mempertautkan
elemen-elemen semantik narasi berita dalam suatu koherensi global. Model ini
berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi
sebagai pusat organisasi ide. Frame merupakan suatu ide yang
dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks beritankutipan sumber, latar
informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu kedalam teks secara
keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna. Bagaimana seseorang
memaknai suatu peristiwa, dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan
dalam teks.
1. Struktur sintaksis bisa diamati dari bagan berita. Sintaksis berhubungan dengan bagaimana
wartawan menyusun peristiwa-pernyataan, opini, kutipan, pengamatan atas
peristiwa-ke dalam bentuk susunan kisah berita. Dengan demikian struktur
sintaksis dapat diamati dari bagan berita (headline yang dipilih, lead yang
dipakai, latar informasi yang dijadikan sandaran, sumber yang dikutip dan
sebagainya).
2. Struktur skrip melihat bagaimana strategi bercerita.
Struktur ini melihat gaya bertutur yang dipakai wartawan dalam mengemas
peristiwa.
3. Struktur tematik berhubungan dengan cara wartawan mengungkapkan pandangannyaatas peristiwa
kedalam proposisi, kalimat, atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks
secara keseluruhan. Struktur ini akan melihat bagaimana pemahaman itu
diwujudkan ke dalam bentuk yang lebih kecil.
4. Sruktur retoris berhubungan
dengan cara wartawan menekankan arti tertentu. Dengan kata lain,
struktur retoris melihat pemakaian pilihan kata, idiom, grafik, gambar yang
digunakan untuk memberi penekanan pada arti tertentu.
saya izin baca ya mbak.
BalasHapusTerima kasih
Kusumajaya
Makasih kaka, sangat membantu, lupa saya mau bilang terimakasih
BalasHapusBoleh juga infonya
BalasHapusThx, good summary.
BalasHapusmantaabb. tks sharingnya
BalasHapus