Media
dan Berita Dilihat Dari Paradigma Konstruksionis
Media
adalah agen konstruksi. Pandangan konstruksionis mempunyai posisi yang berbeda
dibandingkan positivis dalam menilai media. Dalam pandangan positivis, media
dilihat sebagai saluran. Media adalah sarana bagaimana pesan disebarkan dari
komunikator ke khalayak. Media di sini dilihat murni sebagai saluran, tempat
bagaimana transaksi pesan dari semua pihak yang terlibat dalam berita. Media
bukanlah sekadar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkontruksi
realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya. Di sini media
dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas.
Pandangan semacam ini menolak argumen yang menyatakan media seolah-olah sebagai
tempat saluran bebas.
Berita bukan hanya menggambarkan realitas, bukan
hanya menunjukkan pendapat sumber berita, tetapi juga konstruksi dari media itu
sendiri. Lewat berbagai instrumen yang dimilikinya, media ikut membentuk
realitas yang tersaji dalam pemberitaan. Apa yang tersaju dalam berita dan kita
baca tiap hari, adalah produk dari pembentuk realitas oleh media. Media adalah
agen yang secara aktif menafsirkan realitas untuk disajikan kepada khalayak.
Positivis
|
Media
sebagai saluran pesan
|
Konstruksionis
|
Media
sebagai agen konstruksi pesan
|
Media
memilih, realitas mana yang diambil dan mana yang tidak diambil. Berita bukan
refleksi dari realitas. Ia hanya konstruksi dari realitas. Dalam pandangan
positivis, berita adalah informasi. Ia dihadirkan kepada khalayak sebagai
representasi dari kenyataan. Kenyataan itu ditulis kembali dan
ditransformasikan lewat berita. Tetapi dalam pandangan konstruksionis, berita
ibarat sebuah drama. Ia bukan menggambarkan realitas, tetapi potret dari arena
pertarungan antara berbagai pihak yang berkaitan dengan peristiwa.
(Eriyanto:25).
Berita
pada dasarnya hasil dari konstruksi kerja jurnalistik, bukan kaidah baku
jurnalistik. Semua proses konstruksi (mulai dari memilih fakta, sumber,
pemakaian kata, gambar, sampai penyuntingan) memberi andil bagaimana realitas
tersebut hadir dihadapan khalayak.
Analisis bingkai media tidak lepas dari paradigma
kontruktivis dimana menurut Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki (Eriyanto,
2002:255-266) perangkatnya menggunakan teknik analisis struktur besar, yaitu:
1. Struktur sintaksis, berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun
peristiwa ke dalam bentuk umum berita. Unit analisis sintaksis adalah headline,
lead, latar informasi, kutipan sumber, pernyataan, dan penutup.
2. Struktur skrip, berhubungan dengan carawartawan mengisahkan
peristiwa ke dalam bentuk berita. Struktur ini melihatbagaimana strategi cara
bercerita wartawan dalam mengemas berita melalui 5W+1H.
3. Struktur tematik, berhubungan dengan bagaimana mengungkapkan
pandangannya atas peristiwa dalam paragraf, proposisi, kalimat, dan hubungan
antar kalimat, bagaimana pemahaman diwujudkan dalam bentuk yang lebih detil
atau kecil.
4. Struktur retoris, berhubungan dengan upaya wartawan menekankan arti
tertentu lewat leksikon, grafis, dan metafora berita. Unsur ini bukan hanya
mendukung tulisan tapi juga menekankan arti tertentu pada khalayak.
Dalam pandangan konstruksionis media dilihat
bukanlah sekedar saluran yang bebas. Media juga mengkonstruksi realita, lengkap
dengan pandangan, bias, dan pemihaknya. Media bukan hanya memiliki peristiwa
dan menentukan sumber berita, melainkan juga berperan dalam mendefinisikan
aktor dan peristiwa lewat bahasa. Lewat pemberitaan pula media dapat membingkai
dengan bingkaian tertentu dan pada akhirnya menentukan bagaimana khalayak harus
melihat dan memahami peristiwa dalam kacamata tertentu (Eriyanto, 2004:24) Peristiwa-peritiwa
yang dijadikan berita oleh media massa tertentu melalui proses penyeleksi
terlebih dahulu. Hanya peristiwa yang memenuhi kriteria kelayakan informasi
yang akan diangkut oleh media massa kemudian ditampilkan kepada khalayak.
Isi media pada hakikatnya adalah hasil konstruksi
realitas dengan menggunakan bahasa sebagai perangkat. Sedangkan bahasa bukan
hanya sebagai alat realitas, namun juga bisa menentukan relief seperti apa yang
diciptakan oleh bahasa tentang realitas. Akibatnya media massa memiliki peluang
yang sangat besar untuk mempengaruhi gambar yang dihasilkan dari realitas yang
dikonstruksikan. Penggunaan bahasa dalam pemilihan kata dan cra penyajian suatu
realita turut menentukan bentuk konstruksi realitas yang sekaligus menentukan makna
yang muncul darinya. Bahasa bukan cuman mampu mencerminkan realitas, tetapi
sekaligus menciptakan realitas. Bahasa merupakan instrumen pokok untuk
mencerminkan realitas, sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa adala alat
konseptual dan alat narasi media. (Sobur, 2001:88)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar