Framing Entnam
Menurut
Entnam, meskipun analisis framing dipakai dalam berbagai bidang studi yang
beragam, satu faktor yang menghubungkannya adalah bagaimana teks komunikasi
yang disajikan, bagaimana representasi yang ditampilkan secara menonjol
mempengaruhi khalayak. Konsep framing Entnam digunakan untuk menggambarkan
proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media. Framing
dapat dipandang sebagai penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas
sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada isu yang lain.
(Eriyanto,2002:186)
Framing
memberikan tekanan lebih pada bagaimana teks komunikasi ditampilkan dan bagian
mana yang ditonjolkan atau dianggap penting oleh pembuat teks. Kata penonjolan
itu sendiri dapat didefinisikan: membuat informasi lebih terlihat jelas, lebih
bermakna, atau lebih mudah diinget khalayak. Informasi yang menonjol lebih
diterima oleh khalayak.
Bentuk
penonjolan tersebut bisa beragam. Menempatkan aspek informasi lebih menonjol
dibandingkan yang lain, lebih mencolok, melakukan pengulangan informasi yang dipandang
penting atau dibungkam
dengan aspek budaya yang akrab di benak khalayak. Dengan bentuk seperti itu,
sebuah ide atau informasi lebih mudah terlihat, lebih mudah diperhatikan,
diingat dan ditafsirkan karena berhubungan dengan skema pandangan khalayak.
Karena kemenonjolan adalah produk interaksi antara teks dan penerima, kehadiran
frame dalam teks bisa jadi tidak seperti yang dideteksi oleh peneliti, khalayak
sangat mungkin mempunyai pandangan apa yang dia pikirkan atas suatu teks dan
bagaimana teks berita tersebut dikonstruksi dalam pikiran khalayak. (Eriyanto,
2002:186)
Tahap awal framing tidak dilakukan oleh media. Manusia
memiliki kemampuan untuk menafsirkan realitas yang terjadi di sekitarnya berdasarkan frame of reference dan field of experience yang
dimilikinya.Eriyanto (2005) menyatakan, ada empat hal yang dilakukan manusia
ketika menyusun bingkai konstruksi realitasnya sendiri, yaitu:
1. Simplifikasi,manusia cenderung memandang segala
peristiwa melalui kerangka berpikir yang sederhana, sesuai dengan tingkat
kemampuan berpikirnya. Seiring dengan bertambahnya usia, pengetahuan, dan
pengalaman, manusia akan memandang dunia secara lebih beragam. Namun tetap saja
proses pemahaman realitas akan dilakukan secara sederhana.
2. Klasifikasi,
manusia
menyadari bahwa dunia terdiri dari berbagai hal, sehingga secara psikologis
manusia akan memisahkan hal-hal tersebut ke dalam beberapa kategori untuk
memudahkan proses pemahaman. Manusia melekatkan ciri-ciri tertentu pada sebuah
kategori tertentu, sehingga segala peristiwa yang terjadi dapat terlihat
perbedaan-perbedaannya.
3. Generalisasi,
klasifikasi
membantu manusia melihat ciri-ciri peristiwa atau individu. Generalisasi
merupakan kelanjutan dari proses tersebut, yang pada akhirnya membatasi
ciri-ciri yang berdekatan atau mirip pada ciri-ciri yang didapat pada
klasifikasi. Hal ini dapat menghasilkan prasangka.
4. Asosiasi,
suatu
peristiwa tidak hanya diidentifikasi atau dipahami, tetapi selanjutnya
dihubungkan dengan peristiwa-peristiwa lain. Keragaman dunia dianggap memiliki
keterkaitan satu dengan lainnya.
Dalam
Penelitian ini menggunakan analisis Robert N. Entman karena konsep Entman
dipraktikkan dalam studi kasus pemberitaan media dan digunakan pula pada
praktik jurnalistik, melihat bagaimana frame mempengaruhi kerja wartawan dan
bagaimana wartawan membuat satu informasi menjadi lebih penting dan menonjol
dibanding dengan cara yang lain. Analisis terhadap teks berita bukan merupakan
langkah akhir dari penelitian yang akan dilakukan. Namun ingin diketahui
sekilas, bagaimana kecenderungan atau perbedaan setiap media (portal media
online detik.com dan tempo.co) dalam memproduksi informasi.
Perangkat Framing Entman
Analisis
penelitian ini menggunakan model Robert N. Entman yang mengopersionalkan empat
dimensi struktural teks berita sebagai perangkat framing: define problems (pendefinisian masalah), diagnose causes (sumber masalah), make a moral judgement (keputusan), dan treatment recommendation (menekankan penyelesaian).
Skema
Framing Robert N. Entman
Define
Problems
(Pendefinisian
masalah)
|
Bagaimana
suatu peristiwa/isu dilihat? Sebagai apa? Sebagai masalah apa?
|
Diagnose
causes
(Memperkirakan
masalah atau sumber masalah)
|
Peristiwa
itu dilihat disebabkan oleh apa? Apa yang dianggap sebagai penyebab dari
suatu masalah? Siapa (aktor) yang dianggap sebagai penyebab masalah?
|
Make
moral judgement
(Membuat
keputusan moral)
|
Nilai
moral apa yang disajikan untuk menjelaskan masalah? Nilai moral apa yang
dipakai untuk melegitimasi atau mendelegitimasi suatu tindakan?
|
Treatment
recommendation (Menekankan penyelesaian)
|
Penyelesaian
apa yang ditawarkan untuk mengatasi masalah/isu? Jalan apa yang ditawarkan
dan harus ditempuh untuk mengatasi masalah?
|
Sumber: Eriyanto. Konstruksi, ideologi,
dan politik media, 2004 : 188
1. Define Problems (Pendefinisian masalah)
adalah elemen yang merupakan master frame atau bingkai yang paling utama. Ia
menekankan bagaimana peristiwa dipahami oleh wartawan ketika ada masala atau
peristiwa, bagaiman peristiwa atau isu tersebut dapat dipahami. Karena
peristiwa yang sama dapat dipahami secara berbeda.
2. Diagnose Causes (memperkirakan masalah atau
sumber masalah) merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap
sebagai aktor dari suatu peristiwa. Penyebab disini berarti apa (what), tetapi
bisa juga berarti siapa (who), bagaimana peristiwa dipahami, tentu saja
menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah, karena itu
masalah yang dipahami berbeda.
3. Make Moral Judgement (membuat keputusan
moral) adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan atau memberikan
argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah
didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan argumentasi yang
kuat untuk mendukung gagasan tersebut. Gagasan yang dikutip berhubungan dengan
sesuatu yang familiar dan dikenal oleh khalayak.
4. Treatment recommendation (menekankan
penyelesaian) dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan, jalan
yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu saja
tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa dipandang sebagai
penyebab masalah. (Eriyanto, 2002:191)
Entman
melihat framing dalam dua dimensi besar: seleksi isu dan penekanan atau
penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas atau isu. Penonjolan adalah
proses membuat informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik, berarti, atau
lebih diingat oleh khalayak. Realitas yang disajikan secara menonjol atau
mencolok mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi
khalayak dalam memahami suatu realitas.
Framing
dijalankan oleh media dengan menseleksi isu tertentu dan mengabaikan isu yang
lain; dan menonjolkan aspek dari isu tersebut dengan menggunakan berbagai strategi
wacana-penempatkan yang mencolok (menempatkan di headline depan atau bagian
belakang), pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat
penonjolan, generalisasi, dan lain-lain. Semua aspek itu diakai untuk membuat
dimensi tertentu dari konstruksi berita menjadi bermakna dan diingat oleh
khalayak. (Eriyanto,2002:187)
Framing
adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang
digunakan wartawan ketika menseleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau
perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana
yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa kemana berita tersebut.
Dalam konsepsi Entman, framing pada dasarnya merujuk pada pemberitaan definisi,
penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan
kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan. (Eriyanto,
2002:188)
Frame
berita timbul dalam dua level. Pertama, konsepsi mental yang digunakan untuk
memproses informasi dan sebagai karakteristik dari teks berita. Kedua,
perangkat spesifik dari narasi berita yang dipakai untuk membangun pengertian
mengenai peristiwa. Frame berita dibentuk dari kata kunci, metafora, konsep,
simbol, citra yang ada dalam narasi berita. Karena, frame dapat dideteksi dan
diselidiki dari kata, citra dan gambar tertentu yang memberikan makna dari teks
berita. Kosa kata dan gambar itu ditekankan dalam teks sehingga lebih menonjol
dibanding bagian lain dalam teks. Itu dilakukan lewat pengulangan, penempatan
yang lebih menonjol atau menghubungkan dengan bagian lain dalam teks berita.
Sehingga bagian itu lebih menonjol, dilihat, dan lebih mempengaruhi khalayak.
Secara luas pendefinisian masalah ini menyertakan, di dalamnya, konsepsi dan
skema interpretasi wartawan. Pesan, secara simbolik menyertakan sikap dan nila.
Ia hidup membentuk, dan menginterpresentasikan makna di dalamnya. (Eriyanto,
2002:189)