Ketika
berfikir tentang PR dan perencanaan, ada baiknya kita mulai dengan melihat
definisi PR berikut :
“praktik PR
adalah usaha yang direncanakan serta dilakukan secara kontinyu untuk
menciptakan dan menjaga nama baik (goodwill) dan
kesepahaman bersama antara suatu organisasi dengan publiknya.”
Inti dari
definisi tersebut adalah bahwa PR harus direncanakan. Itu merupakan proses yang
dipikirkan secara matang dan hati-hati. Proses tersebut juga memerlukan
aktivitas yang dilakukan secara terus menerus. Dalam kaitannya dengan praktek
kampanye PR, setidaknya ada beberapa alasan mengapa sebuah perencanaan harus
dilakukan dalam kampanye, yaitu :
1. Memfokuskan
usaha. Perencanaan membuat tim kampanye dapat mengidentifikasi dan menyusun
tujuan yang akan dicapai dengan benar hingga akhirnya pekerjaan dapat dilakukan
secara efektif dan efisien, karena berkonsentrasi pada prioritas dan alur kerja
yang jelas.
2. Mengembangkan
sudut pandang berjangka waktu panjang. Perencanaan membuat tim kampanye melihat
semua komponen secara menyeluruh. Ini akan membuat tim kampanye tidak berpikir
mengenai efek kampanye dalam jangka waktu yang pendek tapi juga ke masa depan,
hingga mendorong dihasilkannya program yang terstruktur dalam menghadapi
kebutuhan masa depan.
3. Meminimalisi
kegagalan. Perencanaan yang cermat dan teliti akan menghasilkan alur serta
tahapan kerja yang jelas, terukur, dan spesifik serta lengkap dengan
langkah-langkah alternatif, sehingga bila ada kegagalan bisa langsung diambil
alternatif penyelesaian.
4. Mengurangi
konflik. Konflik kepentingan dan prioritas merupakan hal yang sering terjadi
dalam sebuah kerja tim. Perencanaan yang matang akan mengurangi potensi
munculnya konflik, karena sudah ada bentuk tertulis mengenai alur serta
prioritas pekerjaan untuk tiap-tiap anggota tim.
5. Memperlancar
kerja sama dengan pihak lain. Sebuah rencana yang matang akan memunculkan rasa
percaya para pendukung potensial serta media yang akan digunakan sebagai
saluran kampanye, hingga pada akhirnya akan terjalin kerjasama yang baik dan
lancar. (Gregory dalam Venus 2007:144)
Proses
pengembangan tahapan-tahapan perencanaan suatu pelaksanaan program kampanye
Public Relations secara keseluruhan, yaitu termasuk tujuan, publik sasaran dan
pesan-pesan yang efektif, baik bertujuan periode jangka panjang (strategi)
maupun berbentuk secara mikro (individual) dalam pelaksanaan jangka pendek
dengan tujuan khusus (taktik) dapat dilaksanakan secara bersama-sama melalui
proses 10 tahapan atau rangkaian yang secara logis. Gregory (2004:36)
menyebutkan 10 tahapan perencanaan sebagai berikut :
1. Analisis
Situasi
Analisis
adalah langkah pertama dari proses perencanaan. Setelah riset, tahap berikutnya
adalah analisis dan ini dilakukan untuk mengidentifikasi permasalahan yang akan
menjadi dasar dari program Public Relations. ada dua jenis analisis yang
digunakan untuk perencanaan program kampanye yaitu :
Analisis
PEST
Teknik yang
biasa digunakan dan sangat berguna untuk menganalisis lingkungan eksternal.
PEST membagi lingkungan dalam empat area dan membahas hampis segala hal yang
dapat mempengaruhi organisasi. Empat area tersebut adalah Politik, Ekonomi,
Sosial dan Teknologi. Menurut Gregory (2004:41) pertanyaan-pertanyaan dasar
yang diungkapkan ketika melaksanakan analisis PEST adalah : apa faktor-faktor
lingkungan yang mempengaruhi organisasi?, mana dari faktor-faktor tersebut yang
paling penting saat ini?, mana yang akan menjadi faktor yang paling penting
empat tahun kemudian?
Analisis
SWOT
Analisis
SWOT meliputi empat elemen yaitu Strength (kekuatan), Weakness(kelemahan), Oppurtunities (kesempatan), dan Threats (tantangan). Strengthdan oppurtunities dapat dikelompokan
sebagai pertimbangan-pertimbangan positif yang mendukung terlaksananya program
kampanye, sedangkanweakness dan threats dikelompokan pada
kondisi-kondisi negatif yang harus dihadapi kampanye. Sementara menurut Gregory
(2004:46) menjelaskan dua elemen pertama, Strength dan Weakness dapat
dilihat sebagai faktor yang digerakan secara internal dan bersifat khusus
terhadap organisasi. Dua elemen yang lain, Oppurtunities dan Threats biasanya bersifat eksternal dan didapat melalui
analisis PEST.
2. Tujuan
Menetapkan
tujuan yang realistis adalah sangat penting apabila program atau kampanye yang
direncanakan harus memiliki arah dan dapat menunjukan suatu keberhasilan
tertentu. Tujuan utama dari Public Relations adalah untuk mempengaruhi sikap
dan perilaku. Menurut Gregory (2004:79) ada delapan hal penting yang harus di
ingat ketika menetapkan tujuan, yaitu :
1. Sejalan
dengan tujuan organisasi.
2. Tepat dan
spesifik.
3. Lakukan apa
yang dapat dicapai.
4. Lakukan
pengukuran sebanyak mungkin.
5. Bekerjalah
berdasarkan skala waktu.
6. Bekerjalah
berdasarkan anggaran.
7. Bekerjalah
sesuai dengan urutan prioritas.
4. Mengenali
Publik
James Grunig
(1984) mendefinisikan empat jenis publik, yaitu :
1. Nonpublik,
adalah kelompok yang tidak terpengaruh maupun mempengaruhi organisasi.
2.
Publik yang tersembunyi (latent public), adalah kelompok yang menghadapi masalah
akibat tindakan suatu organisasi, namun mereka tidak menyadarinya.
3.
Publik yang sadar (aware public), adalah kelompok yang mengenali adanya masalah.
4. Publik yang
aktif, adalah kelompok yang mengambil tindakan terhadap suatu masalah.
Sementara
itu, publik yang aktif dapat dikelompokan dalam tiga kategori berikut :
1.
Publik semua masalah (all-issue public) sangat aktif terhadap semua masalah yang
mempengaruhi organisasi.
2.
Publik masalah tunggal (single-issue public) sangat aktif terhadap satu masalah atau
sekelompok kecil masalah.
3.
c. Publik masalah hangat (hot-issue public) adalah mereka
yang terlibat dalam suatu masalah yang memiliki dukungan publik luas dan
biasanya mendapatkan liputan khusus dari media.
Pemilihan
publik mana yang akan menjadi sasaran bergantung pada tujuan kampanye yang akan
dilaksanakan. Arens dalam Venus (2007:150) mengatakan bahwa identifikasi dan
segmentasi ssasaran kampanye dilaksanakan dengan melakukan pemilahan atau
segmentasi terhadap kondisi geografis, kondisi demografis, kondisi perilaku dan
kondisi psikografis.
4. Pesan
Gregory
(2004:95) menjelaskan empat langkah untuk menentukan pesan, yaitu :Langkah
pertama adalah menggunakan persepsi yang sudah ada. Langkah
kedua adalah menjelaskan pergeseran yang dapat dilakukan terhadap
persepsi tersebut. Langkah ketiga adalah mengidentifikasi
unsur-unsur persuasi. Cara terbaik adalah melakukannya berdasarkan fakta. Langkah
keempat adalah memastikan bahwa pesan tersebut dapat dipercaya dan
dapat disampaikan melalui Public Relations.
5. Strategi
Strategi
adalah pendekatan keseluruhan untuk suatu program atau kampanye. Strategi
adalah faktor pengkoordinasi, prinsip yang menjadi penuntun, ide utama dan
pemikiran dibalik program taktis. (Venus 2007:152)
6. Taktik
Berbicara
taktik pelaksanaan suatu program kampanye yang harus berkaitan erat dengan
program dari strategi utama, tujuan kampanye, ketika akan mengembangkan taktik
pelaksanaan kampanye tersebut tidak terlepas dari faktor-faktor kekuatan,
kreativitas atau kemampuan tim pelaksana, pengembangan program hingga
pencapaian tujuan terukur, seperti yang diungkapkan Ruslan (2007:102) sebagai
berikut :
a) Appropriateness, adanya kecocokan
secara aktual dengan teknik-teknik taktik pelaksanaan, pencapaian target
khalayak publik, hasil-hasil yang dicapai dalam melaksanakan pesan-pesan
kampanye dan termasuk kecocokan dengan teknik-teknik Public Relations serta
media komunikasi yang dipergunakan.
b) Deliverability, apakah anda mampu
melaksanakan teknik-teknik berkampanye secara sukses sesuai dengan target?
berapa besar alokasi dana yang diperlukan? Bagaimana dengan jadwal waktu
pelaksanaan kampanye tersebut apakah sudah tepat? Termasuk memiliki tim ahli
dan pendukungnya dalam taktik pelaksanaan secara tepat?
7. Skala
waktu
Ada dua hal
yang pasti dalam kehidupan praktisi Public Relations. Pertama, tidak pernah ada
waktu yang cukup untuk melakukan semua pekerjaan yang harus dilakukan, tugas
dan tanggung jawab yang ada lebih besar daripada waktu yang tersedia. Kedua
adalah bahwa tugas-tugas Public Relations seriingkali melibatkan orang lain dan
memerlukan koordinasi dari beberapa unsur. Ada dua faktor utama yang saling
berkaitan yang harus diamati ketika mempertimbangkan skala waktu. Pertama,
tenggat waktu (deadline) harus di identifikasi sehingga tugas-tugas yang
dihubungkan dengn suatu proyek dapat diselesaikan tepat waktu. Kedua adalah
sumber daya yang tepat perlu dialokasikan sehingga tugas-tugas yang ada dapat
diselesaikan. (Gregory, 2004:124)
8. Sumber
daya
Menurut
Ruslan (2007:104) terdapat tiga bentuk sumber daya utama yang berkaitan dengan
pelaksanaan program kampanye Public Relations. Pertama sumber daya manusia
(SDM) yang terlibat langsung dalam kegiatan kampanye berupa tenaga profesional,
dan ahli hingga terampil, staf pendukung atau tenaga lapangan. Kedua, sumber
biaya operasional untuk menunjang kegiatan kampanye yang dikelola secara
efisien dalam pembiayaan pelaksanaan operasional (implementation fee), consultant or professional fee, space of advertising cost, dan equipment fee (biaya penyewaan
perlatan penunjang, publikasi, transportasi,
sound system dan lighting
system dan sebagainya). Ketiga adalah sumber perlengkapan
transportasi, dukungan perlatan teknis, pemanfaatan media komunikasi dan tim
kerja lain dan sebagainya.
9. Evaluasi
Menurut
Gregory (2004:138) evaluasi adalah proses yang berkelanjutan jika kita
berbicara tentang program berjangka panjang. Jika dilaksanakan dengan benar,
evaluasi memudahkan anda untuk mengendalikan kegiatan Public Relations. Berikut
adalah alasan menngapa kita perlu mencantumkan evaluasi dalam kampanye dan
program yang kita buat.
1. Memfokuskan
usaha.
2. Menunjukan
keefektifan.
3. Memastikan
efisiensi biaya.
4. Mendukung
manajemen yang baik.
5. Memfasilitasi
pertanggungjawaban.
10. Review
Sementara evaluasi
dilakukan secara teratur, review yang
menyeluruh dilakukan dengan frekuensi yang lebih jarang. Setelah memutuskan
untuk melakukan review,
siklus proses perencanaan akan terulang lagi. Sekali lagi pertanyaan-pertanyaan
dasar harus diajukan :
1. Apa yang
ingin kita capai?
2. Siapa yang
ingin kita jangkau?
3. Apa yang
ingin kita katakan?
4. Apa cara
yang paling efektif untuk menyampaikan pesan?
5. Bagaimana
suskes dapat diukur?
Selain itu,
peninjauan kembali terhadap penilaian perencanaan, pelaksanaan selama program dan
pencapaian tujuan tertentu suatu kampanye berlangsung secara periodik setiap
tahun tujuan program kampanye Public Relations melalui proses input (perolehan riset data,
fakta, dan informasi di lapangan), output(kecocokan
dengan isi pesan, tujuan dan media yang dipergunakan) dan result(hasil-hasil dari tujuan dan
efektivitas program kampanye yang telah dicapai, apakah adanya perubahan sikap
atau perilaku khalayak sasaran).
Pelaksanaan
Kampanye
Menurut
Venus (2007:199) pelaksanaan kampanye adalah “penerapan dari konstruksi
ranncangan program yang telah ditetapkan sebelumnya”. Beberapa hal yang harus
dilakukan dalam tahap pelaksanaan meliputi : realisasi unsur-unsur kampanye,
menguji coba rencana kampanye, pemantauan pelaksanaan, dan pembuatan laporan
kemajuan.
1. Realisasi
unsur-unsur pokok kampanye
Perekrutan
dan pelatihan personel kampanye
Kegiatan
kampanye merupakan kerja tim. Dengan demikian banyak personel (juga lembaga)
yang akan terlibat didalamnya. Penentuan siapa saja yang akan terlibat sebagai
pelaksana kampanye (campaign
organizer) merupakan langkah awal dalam melaksanakan kampanye.
Orang-orang yang akan menjadi personel kampanye harus diseleksi dengan teliti
dengan memperhatikan aspek motivasi, komitmen, kemampuan bekerjasama, dan
pengalaman yang bersangkutan dalam kerja sejenis.
Mengonstruksi
pesan
Pada
prinsipnya desain pesan kampanye harus sejalan dengan karakteristik khalayak
sasaran, saluran yang digunakan, dan efek kampanye yang diharapkan. Pesan
kampanye memiliki berbagai dimensi yang meliputi pesan verbal, nonverbal, dan
visual. Namun apapun dimensinya, secara umum konstruksi pesan kammpanye harus
didasarkan pada pertimbangan kesederhanaan (simplicity), kedekatan (familiarity)
dengan situasi khalayak, kejelasan (clarity),
keringkasan (conciesness).
Kebaruan (novelty),
konsistensi, kesopanan (courtessy)
dan kesesuaian dengan objek kammpanye.
Menyeleksi
penyampai pesan kampanye
Pelaksanaan
kampanye juga menghendaki pelaksana kampanye berhadapan dengan pemilihan
individu yang secara spesifik bertindak sebagai pelaku (campaign actor) yang menyampaikan pesan
kampanye. Keputusan untuk menentukan siapa pelaku atau penyampai pesan kampanye
ini menjai sangat penting karena merekalah aktor yang akan berhadapan langsung
dengan publik.
Menyeleksi
saluran kampanye
Menyeleksi
media mana yang akan digunakan sebagai saluran kampanye harus dilakukan dengan
penuh pertimbangan. Beberapa faktor pokok yang perlu dipertimbangkan dalam
pemilihan media kampanye diantaranya : jangkauan media, tipe dan ukuran
besarnya khalayak, biaya, waktu, dan tujuan serta objek kampanye. Di samping
itu faktor lain yang juga perlu mendapat perhatian adalah karakteristik
khalayak, baik secara demografis, psikografis, maupun geografis. Pola
penggunaan media khalayak (media habit)
juga harus diperhitungkan untuk memastikan media apa yang biasanya digunakan
khalayak.
2. Uji coba
rencana kampanye
Uji coba
terhadap suatu rancangan dilakukan untuk menyusun strategi (pesan, media, dan
penyampai pesan) yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.
Lewat uji coba rencana kampanye juga kita akan memperoleh gambaran tentang
respons awal sebagian khalayak sasaran terhadap pesan-pesan kampanye. Respons
ini pada gilirannya akan digunakan sebagai pembanding ketika melakukan evaluasi
proses dan akhir kampanye.
3. Tindakan
dan pemantauan kampanye
Sebagai
sebuah kegiatan yang terprogram dan direncanakan dengan baik, maka segala
tindakan dalam kampanye harus dipantau agar tidak keluar dari arah yang
ditetapkan. Untuk itu harus dipahami bahwa tindakan kampanye bukanlah tindakan
yang kaku dan parsial, tetapi bersifat adaptif, antisipatif, integratif dan berorientasi
pada pemecahan masalah.
·
Adaptif. Tindakan kampanye bersifat adaptif artinya ia
terbuka terhadap masukan-masukan baru atau bukti-bukti baru yang ditemukan di
lapangan.
·
Anitisipatif. Tindakan kampanye bersifat antisipatif
artinya kegiatan kampanye harus memperhitungkan berbagai kemungkinan yang akan
muncul di lapangan saat kampanye dilakukan.
·
Orientasi pemecahan masalah. Tindakan kampanye
bersifat problem solving oriented artinya
segala bentuk tindakan dalam proses kampanye diarahkan untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan.
·
Integratif dan koordinatif
·
Kegiatan kampanye bukanlah tindakan one man show
melainkan kegiatan yang didasarkan pada kerja tim. Keberhasilan kampanye
ditentukan oleh bagaimana pelaksana kampanye bertindak secara integratif dan
koordinatif. Koordinasi ini tidak hanya dilakukan dengan sesama pelaksana
kampanye melainkan juga dengan berbagai pihak terkait yang akan turut
mempengaruhi kelancaran dan keberhasilan pencapaian tujuan kampanye.
4. Laporan
kemajuan
Unsur
terakhir dari proses pelaksanaan kampanye adalah penjadwalan laporan kemajuan
atau progress report.
Laporan kemajuan merupakan dokumen yang sangat penting, bukan hanya bagi
manajer tapi juga pelaksana kampanye secara keseluruhan. Dalam laporan kemajuan
umumnya dimuat berbagai data dan fakta tentang berbagai hal yang telah
dilakukan selama masa kampanye.
Evaluasi
kampanye
Evaluasi
adalah “komponen terakhir dari rangkaian proses pengelolaan kampanye. Meski
menempati urutan terakhir, manfaat dan arti pentingnya tidak berbeda dengan
tahap perencanaan dan pelaksanaan kampanye”. (Venus 2007:209) Evaluasi kampanye
diartikan sebagai “upaya sistematis untuk menilai berbagai aspek yang berkaitan
dengan proses pelaksanaan dan pencapaian tujuan kampanye”. Penilaian terhadap
proses implementasi catatan harian kampanye yang berisi berbagai data dan fakta
sebagai hasil proses pemantauan (monitoring), pengamatan di lapangan dan
wawancara yang dilakukan untuk mendapatkan umpan balik.
Gregory
dalam Venus (2007:211) mengemukakan lima alasan penting mengapa evaluasi perlu
dilaksanakan.
·
Evaluasi dapat memfokuskan usaha yang dilakukan.
·
Evaluasi menunjukkan keefektifan pelaksana kampanye
dalam merancang dan mengimplementasikan programnya.
·
Memastikan efisiensi biaya.
·
Evaluasi membantu pelaksana untuk menetapkan tujuan
secara realistis, jelas dan terarah.
·
Evaluasi membantu akuntabilitas (pertanggungjawaban)
pelaksana kampanye.
Evaluasi
kampanye dapat dikategorikan dalam empat level sebagai berikut :
·
Tingkatan kampanye (Campaign Level)
Pada Campaign level kita ingin
mengetahui apakah khalayak sasaran terterpa kegiatan kampanye yang dilakukan
atau tidak. Dengan demikian pertanyaan pokok untuk evaluasi level ini adalah
“apakah kampanye yang dilakukan dapat menjangkau khalayak sasaran yang
ditetapkan? Dan apakah khalayak memberi perhatian pada kampanye tersebut? Untuk
menjawab pertanyaan ini dapat menggunakan metode survei.
·
Tingkatan sikap (attitude level)
Pada
tingkatan sikap evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode survei atau
uji sederhana (simple test).
Metode survei digunakan untuk sampel dalam jumlah besar, sementara tes
sederhana umumnya digunakan untuk kelompok sasaran yang terbatas, yang juga
sangat populer untuk mengukur pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh
sebagai akibat diselenggarakannya kampanye. Dalam perspektif Ostergaard,
terdapat empat aspek yang terkait dengan evaluasi pada tingkatan sikap yakni
aspek Kognitif (pengetahuan, kesadaran, kepercayaan, dan sebagainya), Afektif
(kesukaan, simpati, penghargaan, dukungan dan sebagainya), Konatif (komitmen
untuk bertindak) dan aspek keterampilan atau skill.
·
Tingkatan perilaku
Para ahi
kampanye memandang tingkatan perilaku sebagai level yang paling penting dalam
kebanyakan evaluasi kampanye. Sayangnya jenis evaluasi ini sering
diabaikan atau dilakukan sekadarnya dengan mengamati realitas permukaan (superficial reality).
·
Tingkatan masalah
Level
evaluasi yang terakhir adalah tingkatan masalah. Pada tingkat ini evaluasi
dapat dilakukan dengan mudah atau sebaliknya sangat sulit dan memakan waktu
lama. Problem atau masalah disini diartikan sebagai kesenjangan antara
kenyataan dengan harapan atau dengan yang seharusnya terjadi. Yang sering
menjadi pertanyaan dalam evaluasi pada tingkatab problem ini adalah, apakah
yang akan diukur efek jangka pendek atau jangka panjang? Kapan harus melakukan
evaluasi, segera setelah kampanye berakhir atau beberapa tahun kemudian?
Ketika
proses evaluasi telah dilakukan pada salah satu atau seluruh level kampanye,
maka langkah terakhir adalah membuat kesimpulan. Membuat kesimpulan kampanye
harus dilakukan dengan hati-hati dan cermat. Pada tahap ini kita tidak boleh
secara gegabah dan tergesa-gesa menyimpulkan bahwa kampanye yang dilaksanakan
sukses mencapai tujuan. Pernyataan yang bersifat memastikan ini (deterministik)
umumnya dihindari oleh para evaluator kampanye. Apa yang bisa dilakukan adalah
membuat kesimpulan yang bersifat probabilistik. Jadi cukup tegaskan saja bahwa
“media yang digunakan kemungkinan besar sudah sesuai”, penetapan khalayak
sasaran hampir dapat dipastikan sudah tepat” atau “secara keseluruhan kampanye
yang dilakukan cenderung menghasilkan efek yang positif”. Para peneliti
kampanye telah mengidentifikasi beberapa situasi umum yang seringkali terjadi
pada tahapan evaluasi.
1. Keadaan
dimana evaluasi terhadap efek yang diharapkan terbukti tercapai kecuali pada
tingkatan “masalah”.
2. Terjadi
ketika kampanye tampak efektif untuk semua level namun ternyata perilaku
khalayak tidak berubah.
3. Terjadi
ketika kampanye yang dilakukan memerlihatkan keefektifannya tapi faktor
eksternal membuat masalah semakin senjang atau meningkat.
Ada beberapa
istilah yang sering digunakan dalam evaluasi yang patut untuk mendapatkan
penjelasan : Input adalah
apa yang dilakukan oleh PR serta bagaimana produk tersebut didistribusikan. Output adalah bagaimana input
digunakan, baik oleh publik sasaran secara langsung maupun oleh pihak ketiga
yang merupakan penghubung atau pembentuk opini publik sasaran. Outcome(hasil akhir) ini
melibatkan pengukuran efek akhir dari komunikasi. Outcome diukur dalam 3 cara :
·
Perubahan pada tingkat pemikiran atau kesadaran
(kognitif)
·
Perubahan pada sikap atau opini (Afektif)
·
Perubahan dalam prilaku (konatif)
Sumber : Halimatusa’diah, S.Sos