Salah satu aplikasi komunikasi
massa terpenting adalah berkaitan dengan proses adopsi inovasi. Hal ini
relevan untuk masyarakat yang sedang berkembang maupun masyarakat maju, Karena
terdapat kebutuhan terus menerus dalam perubahan social dan teknologi untuk
mengganti cara-cara lama dengan teknik-teknik baru. Teori ini berkaitan
dengan komunikasi massa karen adalam berbagai situasi di mana efektivitas
potensi perubahan yang berawal dari penelitian ilmiah dan kebijakan publik,
harus diterapkan oleh masyarakat yang pada dasarnya berada di luar jangkauan
langsung pusat-pusat inovasi atau kebijakan publik. Teori ini pada
prinsipnya adalah komunikasi dua tahap. Jadi di dalamnya juga dikenal pula
adanya pemuka pendapat atau yang disebut juga dengan instilah agen perubahan
(agent of change). Oleh karena itu teori ini sangat menekankan pada
sumber-sumber non media (sumber personal, misalnya tetangga, teman, ahli dsb)
mengenai gagasan-gagasan baru yang dikampanyekan untuk mengubah perilaku
melalui penyebaran informasi dan upaya mempengaruhi motivai dan sikap.
Asumsi :
a. Pengetahuan.
Kesadaran individu akan adanya inovasi dan adanya pemahaman tertentu tentang
bagaimana inovasi tersebut berfungsi.
b. Persuasi.
Individu memiliki/membentuk sikap yang menyetujui atau tidak menyetujui inovasi
tersebut.
c. Keputusan.
Individu terlibat dalam aktivitas yan membawa pada suatu pilihan atau
mengadopsi atau menolak inovasi.
d. Konformasi.
Individu akan mencari pendapat yang menguatkan keputusan yang telah diambilnya,
namun dia dapat berubah dari keputusan sebelumnya jika pesan-pesan mengenai
inovasi yang diterimanya berlawanan satu dengan yang lainnya.
Esensi Teori :
Di dalam buku Diffusion of
Innovation, Everett M. Rogers mendefinisikan difusi inovasi adalah
”proses sosial yang
mengomunikasikan informasi tentang ide baru yang dipandang secara subjektif.
Makna inovasi dengan demikian perlahan-lahan dikembangkan melalui sebuah proses
konstruksi sosial.”
”inovasi yang dipandang oleh
penerima sebagai inovasi yang mempunyai manfaat relatif, kesesuaian, kemampuan
untuk dicoba, kemampuan dapat dilihat yang jauh lebih besar, dan tingkat
kerumitan yang lebih rendahakan lebih cepat diadopsi daripada inovasi-inovasi
lainnya.”
Difusi merupakan suatu jenis
khusus komunikasi yang berkaitan dengan penyebaran pesan-pesan sebagai ide
baru. Komunikasi didefinisikan sebagai proses dimana para pelakunya menciptakan
informasi dan saling bertukar informasi untuk mencapai pengertian bersama. Di
dalam pesan itu terdapat ketermasaan (newness) yang memberikan ciri
khusus kepada difusi yang menyangkut ketakpastian (uncertainty).
Asumsi utama yang dapat
disimpulkan dari teori ini adalah:
1. Difusi
inovasi adalah proses sosial yang mengomunikasikan informasi tentang ide baru
yang dipandang secara subjektif. Makna inovasi dengan demikian perlahan-lahan
dikembangkan melalui sebuah proses konstruksi sosial
2. Inovasi
yang dipandang oleh penerima sebagai inovasi yang mempunyai manfaat relatif,
kesesuaian, kemampuan untuk dicoba, kemampuan dapat dilihat yang jauh lebih
besar, dan tingkat kerumitan yang lebih rendah akan lebih cepat diadopsi
daripada inovasi-inovasi lainnya
3. Ada
sedikitnya 5 tahapan dalam difusi inovasi yakni, tahap pengetahuan, persuasi,
keputusan, implementasi, dan konfirmasi
4. Ada 5
tipe masyarakat dalam mengadopsi inovasi yakni inovator, early
adopter,early majority, late majority, dan laggard.
Unsur-unsur
Difusi Inovasi :
Dari definisi yang diberikan oleh
Everett M. Rogers tersebut, ada empat unsur utama yang terjadi dalam proses
difusi inovasi sebagai berikut:
1. Inovasi
Inovasi merupakan sebuah
ide, praktek,
atau objek yang dianggap sebagai suatu yang baru oleh seorang individu atau
satu unit adopsi lain. Semua inovasi memiliki komponen ide tetapi tak banyak
yang memiliki wujud fisik, ideologi misalnya. Inovasi yang tidak memliliki
wujud fisik diadopsi berupakeputusan simbolis. Sedangkan yang memiliki
wujud fisik pengadopsiannya diikuti dengan keputusan tindakan. Rogers (1983) mengemukakan lima
karakteristik inovasi yang dapat memengaruhi keputusan terhadap pengadopsian
suatu inovasi meliputi:
a. Keunggulan
relatif (relative advantage)
Keunggulan relatif adalah derajat
dimana suatu inovasi dianggap lebih baik atau unggul dari yang pernah ada
sebelumnya. Hal ini dapat diukur dari beberapa segi, seperti segi eknomi, prestise
sosial, kenyamanan, kepuasan dan lain-lain. Semakin besar keunggulan relatif
dirasakan oleh pengadopsi, semakin cepat inovasi tersebut dapat diadopsi.
Contoh
: Dalam pembelian handphone, penggunahandphone akan mencari handphone yang
lebih baik dari yang ia gunakan sebelumnya. Misalnya dari penggunaan Nokia N97
berganti ke Blackberry
b. Kompatibilitas (compatibility)
Kompatibilitas adalah derajat
dimana inovasi tersebut dianggap konristen dengan nilai-nilai yang berlaku,
pengalaman masa lalu dan kebutuhan pengadopsi. Sebagai contoh, jika suatu
inovasi atau ide baru tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku,
maka inovasi itu tidak dapat diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya dengan
inovasi yang sesuai (compatible).
Contoh
: Dalam suku Badui dalam terdapat aturan untuk tidak menggunakan teknologi dari
luar, sehingga bentuk inovasi seperti alat-elektronik tidak mereka adopsi
karena tidak sesuai dengan norma sosial yang mereka miliki
c. Kerumitan
(complexity)
Kerumitan adalah derajat dimana
inovasi dianggap sebagai suatu yang sulit untuk dipahami dan digunakan. Beberapa inovasi tertentu ada
yang dengan mudah dapat dimengerti dan digunakan oleh pengadopsi dan ada pula
yang sebaliknya. Semakin mudah dipahami dan dimengerti oleh pengadopsi, maka
semakin cepat suatu inovasi dapat diadopsi.
Contoh
: Masyarakat pengguna PC atau notebook terbiasa dengan
penggunaan Windows yang lebih mudah dibandingkan Linux, walaupun Linux memiliki
kelebihan dibandingkan Windows tetapi karena penggunaannya lebih rumit masih
sedikit orang yang menggunakan Linux
d. Kemampuan
diujicobakan (trialability)
Kemampuan untuk diujicobakan
adalah derajat dimana suatu inovasi dapat diuji-coba batas tertentu. Suatu
inovasi yang dapat di uji-cobakan dalam seting sesungguhnya umumnya akan lebih
cepat diadopsi. Jadi, agar dapat dengan cepat diadopsi, suatu inovasi sebaiknya harus mampu
menunjukan (mendemonstrasikan) keunggulannya.
Contoh
: Produk Molto Ultra Sekali Bilas cepat diterima masyarakat karena secara
langsung dapat dibandingkan dengan produk-produk sejenis lainnya.
e. Kemampuan diamati (observability)
Kemampuan untuk diamati adalah
derajat dimana hasil suatu inovasi dapat terlihat oleh orang lain. Semakin
mudah seseorang melihat hasil dari suatu inovasi, semakin besar kemungkinan
orang atau sekelompok orang tersebut mengadopsi. Jadi dapat disimpulkan bahwa
semakin besar keunggulan relatif; kesesuaian (compatibility); kemampuan untuk
diuji cobakan dan kemampuan untuk diamati serta semakin kecil kerumitannya,
maka semakin cepat kemungkinan inovasi tersebut dapat diadopsi.
2. Saluran
komunikasi
Tujuan komunikasi adalah
tercapainya suatu pemahaman bersama atau yang biasa disebut mutual
understanding antara dua atau lebih partisipan komunikasi terhadap
suatu pesan (dalam hal ini adalah ide baru) melalui saluran komunikasi
tertentu. Dengan demikian diadopsinya suatu ide baru (inovasi) dipengaruhi oleh
partisipan komunikasi dan saluran komunikasi. Saluran komunikasi dapatr
dikatakan memegang peranan penting dalam proses penyebaran inovasi, karena
melalui itulah inovasi dapat tersebar kepada anggota sistem sosial.
Dalam tahap-tahap tertentu dari
proses pengambilan keputusan inovasi, suatu jenis saluran komunikasi tertentu
juga memainkan peranan lebih penting dibandingkan dengan jenis saluran
komunikasi lain. Ada dua jenis kategori saluran komunikasi yang digunakan dalam
proses difusi inovasi, yakni saluran media massa dan saluran antarpribadi atau
saluran lokal dan kosmopolit. Saluran lokal adalah saluran yang berasal dari
sistem sosial yang sedang diselidiki. Saluran kosmopolit adalah saluran
komunikasi yang berada di luar sistem sosial yang sedang diselidiki. Media
massa dapat berupa radio, televisi, surat kabar, dan lain-lain. Kelebihan media
massa adalah dapat menjangkau audiens yang banyak dengan cepat dari satu
sumber. Sedangkan saluran antarpribadi dalam proses difusi inovasi ini
melibatkan upaya pertukaran informasi tatap muka antara dua atau lebih individu
yang biasanya memiliki kekerabatan dekat.
Hasil penelitian berkaitan dengan
saluran komunikasi menunjukan beberapa prinsip sebagai berikut:
a. Saluran
komunikasi masa relatif lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran antar
pribadi (interpersonal) relatif lebih penting pada tahap persuasi. Hal
ini disebabkan saluran komunikasi massa dapat membentuk awareness secara
serempak dalam waktu yang dikatakan cukup singkat dibandingkan dengen efek
komunikasi antarpribadi.
b. Saluran
kosmopolit lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran lokal relatif lebih
penting pada tahap persuasi.
<"font-size:
small;">c. Saluran media masa relatif lebih
penting dibandingkan dengan saluran antar pribadi bagi adopter awal (early
adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter). Sesuai
dengan karakteristiknya masing-masing, golongan adopter awal menyukai ide-ide
baru tanpa perlu persuasi yang berlebihan sehingga media massa saja sudah cukup
membuat mereka mau mengadopsi sebuah inovasi berbeda dengan orang-orang dari
golongan adopter akhir, karakteristik mereka yang kurang menyukai risiko
menyebabkan komunikasi antarpribadi yang paling bekerja dengan baik. Mereka
cenderung melihat atau berkaca pada orang-orang disekitar mereka yang sudah
menggunakan inovasi tersebut dan apabila berhasil mereka baru mau mengikutinya.
d. Saluran kosmopolit relatif lebih
penting dibandingkan denan saluran lokal bagi bagi adopter awal (early
adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter).
Metode komunikasi massa seperti
penggunaan iklan memang dapat menyebarkan informasi tentang inovasi baru dengan
cepat tetapi hal tersebut tidak lantas dapat begitu saja membuat inovasi baru
tersebut diadopsi oleh khalayak. Hal itu dikarenakan diadopsi tidaknya inovasi
baru terkait dengan masalah resiko dan ketidakpastian. Disinilah letak pentingnya
komunikasi antarpribadi. Orang akan lebih percaya kepada orang yang sudah
dikenalnya dan dipercayai lebih awal atau orang yang mungkin sudah berhasil
mengadopsi inovasi baru itu sendiri, dan juga orang yang memiliki kredibilitas
untuk memberi saran mengenai inovasi tersebut. Hal tersebut digambarkan oleh
ilustrasi kurva dibawah ini yang menggambarkan bahwa komunikasi interpersonal
menjadi begitu sangat berpengaruh dari waktu ke waktu dibandingkan dengan
komunikasi massa.
Dari hasil penelitian, banyak
disebutkan bahwa saluran komunikasi media massa akan optimal digunakan
pada tahap pengetahuan dan saluran interpersonal akan lebih optimal digunakan
pada tahap persuasi. Namun pada kenyataannya, di negara yang belum maju kekuatan
komunikasi interpersonal masih dinilai lebih penting dalam tahap pengetahuan.
Hal ini disebabkan karena kurangnya media massa yang dapat dijangkau masyarakat
terutama di pedesaan, tingginya tingkat buta huruf penduduk, dan mungkin pula
disebabkan ketidakrelevanan antara isi media dengan kebutuhan masyarakat,
misalnya terlalu banyak hiburan atau hal-hal yang sebenarnya tidak penting
untuk diberitakan. Karena hal-hal tersebut, saluran komunikasi interpersonal
terutama yang bersifat kosmopolit dinilai lebih baik dibanding saluran media
massa.
Untuk mendapatkan hasil
penyebaran inovasi yang optimal, yakni memperbesar tingkat adopsi suatu inovasi
dapat dilakukan dengan pengaplikasian saluran komunikasi yang tepat pada
situasi yang tepat. Pertama, pada tahap pengetahuan hendaknya kita menggunakan
media massa untuk menyebarluaskan informasi tentang adanya inovasi tersebut.
Selanjutnya digunakan saluran komunikasi interpersonal yang bersifat persuasif
dan personal pada tahap persuasi.
3. Kurun
waktu tertentu
Waktu merupakan salah satu unsur
penting dalam proses difusi. Dimensi waktu, dalam proses difusi, berpengaruh
dalam tiga hal, yakni:
a. Proses
keputusan inovasi, yaitu proses mental yang terjadi dimana individu mulai
mengalami tahapan menerima informasi pertama yang membentuk sikap
seseorang terhadap inovasi sampai kepada keputusan apakah individu tersebut
menerima atau menolak inovasi, hingga tahapan implementasi dan konfirmasi
berkenaan dengan inovasi tersebut.
Ada beberapa tahap dalam proses
keputusan inovasi ini, yakni:
· Tahap
pengetahuan pertama terhadap inovasi
· Tahap
pembentukan sikap kepada inovasi
· Tahap
pengambilan keputusan menerima atau menolak inovasi
· Tahap
pelaksanaan inovasi
· Tahap
konfirmasi dari keputusan
b. Waktu
memengaruhi difusi dalam keinovatifan individu atau unit adopsi. Keinovatifan
adalah tingkatan dimana individu dikategorikan secara relative dalam mengadopsi
sebuah ide baru dibanding anggota suatu sistem sosial lainnya. Kategori
tersebut antara lain adalah innovator, early adopter, early
majority, late majority, dan laggard. Klasifikasi
ini dikarenakan dalam sebuah sistem, individu tidak akan secara serempak dalam
suatu waktu mengadopsi sebuah inovasi melainkan perlahan-lahan secara berurut.
Keinovatifan inilah yang pada akhirnya menjadi indikasi yang menunjukkan
perubahan tingkah laku individu
c. Kecepatan
rata-rata adopsi ide baru dalam sebuah sistem sangat dipengaruhi oleh dimensi
waktu. Kecepatan adopsi adalah kecepatan relative yang berkenaan dengan
pengadopsian suatu inovasi oleh anggota suatu sistem mengadopsi suatu inovasi
dalam periode waktu tertentu. Kecepatan ini selalu diukur dengan jumlah anggota
suatu sistem yang mengadopsi inovasi dalam periode waktu tertentu.
4. Sistem
Sosial
Sangat penting untuk diingat
bahwa proses difusi terjadi dalam suatu sistem sosial. Sistem sosial adalah
satu set unit yang saling berhubungan yang tergabung dalam suatu upaya
pemecahan masalah bersama untuk mencapai suatu tujuan. Anggota dari suatu
sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi dan atau sub
sistem. Proses difusi dalam kaitannya dengan sistem sosial ini dipengaruhi oleh
struktur sosial, norma sosial, peran pemimpin dan agen perubahan, tipe
keputusan inovasi dan konsekuensi inovasi.
Difusi inovasi terjadi dalam
suatu sistem sosial. Dalam suatu sistem sosial terdapat struktur sosial,
individu atau kelompok individu, dan norma-norma tertentu. Berkaitan dengan hal
ini, Rogers (1983) menyebutkan adanya empat faktor yang mempengaruhi proses
keputusan inovasi. Keempat faktor tersebut adalah:
1) Struktur
sosial (social structure)
Struktur sosial adalah susunan
suatu unit sistem yang memiliki pola tertentu. Adanya sebuah struktur dalam
suatu sistem sosial memberikan suatu keteraturan dan stabilitas perilaku setiap
individu dalam suatu sistem sosial tertentu. Struktur sosial juga menunjukan
hubungan antar anggota dari sistem sosial. Hal ini dapat dicontohkan seperti
terlihat pada struktur oranisasi suatu perusahaan atau struktur sosial
masyarakat suku tertentu. Struktur sosial dapat memfasilitasi atau menghambat
difusi inovasi dalam suatu sistem. Katz (1961) seperti dikutip oleh Rogers
menyatakan bahwa sangatlah bodoh mendifusikan suatu inovasi tanpa mengetahui
struktur sosial dari adopter potensialnya, sama halnya dengan
meneliti sirkulasi darah tanpa mempunyai pengetahuan yang cukup tentang
struktur pembuluh nadi dan arteri. Penelitian yang dilakukan oleh Rogers dan
Kincaid (1981) di Korea menunjukan bahwa adopsi suatu inovasi dipengaruhi oleh
karakteristik individu itu sendiri dan juga sistem sosial dimana individu
tersebut berada.
2) Norma
sistem (system norms)
Norma adalah suatu pola perilaku
yang dapat diterima oleh semua anggota sistem sosial yang berfungsi sebagai
panduan atau standar bagi semua anggota sistem sosial. Sistem norma juga dapat
menjadi faktor penghambat untuk menerima suatu ide baru. Hal ini sangat
berhubungan dengan derajat kesesuaian (compatibility) inovasi denan nilai atau
kepercayaan masyarakat dalam suatu sistem sosial. Jadi, derajat ketidak
sesuaian suatu inovasi dengan kepercayaan atau nilai-nilai yang dianut oleh
individu (sekelompok masyarakat) dalam suatu sistem social berpengaruh terhadap
penerimaan suatu inovasi tersebut.
3) Opinion
Leaders
Opinion leaders dapat dikatakan sebagai
orang-orang berpengaruh, yakni orang-orang tertentu yang mampu memengaruhi
sikap orang lain secara informal dalam suatu sistem sosial. Dalam kenyataannya,
orang berpengaruh ini dapat menjadi pendukung inovasi atau sebaliknya, menjadi
penentang. Ia (mereka) berperan sebagai model dimana perilakunya (baik
mendukung atau menentang) diikuti oleh para pengikutnya. Jadi, jelas disini
bahwa orang berpengaruh memainkan peran dalam proses keputusan inovasi.
4) Change
Agent
Change agent adalah suatua bagian dari sistem
sosial yang berpengaruh terhadap sistem sosialnya. Mereka adalah orang-orang
yang mampu memengaruhi sikap orang lain untuk menerima sebuah inovasi. Tetapichange
agent bersifat resmi atau formal, ia mendapat tugas dari
kliennya untuk memengaruhi masyarakat yang berada dalam sistem sosialnya. Change agent
atau dalam bahasia Indonesia yang biasa disebut agen perubah, biasanya
merupakan orang-orang profesional yang telah mendapatkan pendidikan atau
pelatihan tertentu untuk dapat memengaruhi sistem sosialnya. Di dalam buku
”Memasyarakatkan Ide-ide Baru” yang ditulis oleh Rogers dan Shoemaker, fungsi
utama dari change agent adalah menjadi mata rantai yang
menghubungkan dua sistem sosial atau lebih. Dengan demikian, kemampuan dan
keterampilan change agent berperan besar terhadap diterima
atau ditolaknya inovasi tertentu. Sebagai contoh, lemahnya pengetahuan tentang
karakteristik struktur sosial, norma dan orang kunci dalam suatu sistem sosial
(misal: suatu institusi pendidikan), memungkinkan ditolaknya suatu inovasi
walaupun secara ilmiah inovasi tersebut terbukti lebih unggul dibandingkan
dengan apa yang sedang berjalan saat itu.
Ralph Linton (1963) dalam buku
”Memasyarakatkan Ide-ide Baru” melihat bahwa setiap inovasi mempunyai tiga
unsur pokok yang harus diketahui oleh change agent, yakni:
· Bentuk
yang dapat diamati langsung dalam penampilan fisik suatu inovasi
· Fungsi
inovasi tersebut bagi cara hidup anggota sistem
· Makna,
yakni perspektif subyektif dan seringkali tak disadari tentang inovasi tersebut
oleh anggota sistem sosial. Karena sifatnya subyektif, unsur makna ini lebih
sulit didifusikan daripada bentuk maupun fungsinya. Terkadang kultur penerima
cenderung menggabungkan makna inovasi itu dengan makna subyektif, sehingga
makna aslinya hilang.
5) Heterofili
dan Homofili
Difusi diidentifikasi sebagai
jenis komunikasi khusus yang berhubungan dengan penyebaran inovasi. Pada teori
Two-Step Flow, opinion leader dan pengikutnya memiliki banyak
kesamaan. Hal tersebut yang dipandang dalam riset difusi sebagai
homofili. Yakni, tingkat di mana pasangan individu yang berinteraksi memiliki
banyak kemiripan sosial, contohnya keyakinan, pendidikan, nilai-nilai, status
sosial dan lain sebagainya. Lain halnya dengan heterofili, heterofili adalah
tingkat di mana pasangan individu yang berinteraksi memiliki banyak perbedaan.
Persamaan dan perbedaan ini akan berpengaruh terhadap proses difusi yang
terjadi. Semakin besar derajat kesamaannya maka semakin efektif komunikasi yang
terjadi untuk mendifusikan inovasi dan sebaliknya. Makin tinggi derajat
perbedaannya semakin b`nyak kemungkinan masalah yag terjadi dan menyebabkan
suatu komunikasi tidak efektif. Oleh karenanya, dalam proses difusi inovasi,
penting sekali untuk memahami betul karakteristik adopter potensialnya untuk
memperkecil “heterophily”.
Proses
Difusi Inovasi
1. Tahap
Pengetahuan (Knowledge)
Ada beberapa sumber yang
menyebutkan tahap pengetahuan sebagai tahap “Awareness”. Tahap ini merupakan tahap
penyebaran informasi tentang inovasi baru, dan saluran yang paling efektif untuk
digunakan adalah saluran media massa. Dalam tahap ini kesadaran individu akan mencari
atau membentuk pengertian inovasi dan tentang bagaimana inovasi tersebut
berfungsi. Rogers mengatakan ada tiga macam pengetahuan yang dicari masyarakat
dalam tahapan ini, yakni:
· Kesadaran
bahwa inovasi itu ada
· Pengetahuan
akan penggunaan inovasi tersebut
· Pengetahuan
yang mendasari bagaimana fungsi inovasi tersebut bekerja
2. Tahap Persuasi (Persuasion)
Dalam tahapan ini individu membentuk
sikap atau memiliki sifat yang menyetujui atau tidak menyetujui inovasi
tersebut. Dalam tahap persuasi ini, individu akan mencari tahu lebih dalam
informasi tentang inovasi baru tersebut dan keuntungan menggunakan informasi
tersebut. Yang membuat tahapan ini berbeda dengan tahapa pengetahuan adalah
pada tahap pengetahuan yang berlangsung adalah proses memengaruhi kognitif,
sedangkan pada tahap persuasi, aktifitas mental yang terjadi alah memengaruhi
afektif. Pada tahapan ini seorang calon adopter akan lebih
terlibat secara psikologis dengan inovasi. Kepribadian dan norma-norma sosial
yang dimiliki calon adopter ini akan menentukan bagaimana ia
mencari informasi, bentuk pesan yang bagaimana yang akan ia terima dan yang
tidak, dan bagaimana cara ia menafsirkan makna pesan yang ia terima berkenaan
dengan informasi tersebut. Sehingga pada tahapan ini seorang calon adopterakan
membentuk persepsi umumnya tentang inovasi tersebut. Beberapa ciri-ciri inovasi
yang biasanya dicari pada tahapan ini adalah karekateristik inovasi yakni relative
advantage, compatibility, complexity, trialability,
danobservability.
3. Tahap Pengambilan Keputusan (Decision)
Di tahapan ini individu terlibat
dalam aktivitas yang membawa pada suatu pilihan untuk mengadopsi inovasi tersebut
atau tidak sama sekali. Adopsi adalah keputusan untuk menggunakan sepenuhnya
ide baru sebagai cara tindak yang paling baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses keputusan
inovasi, yakni:
· Praktik
sebelumnya
· Perasaan
akan kebutuhan
· Keinovatifan
· Norma
dalam sistem sosial
Proses keputusan inovasi memiliki
beberapa tipe yakni:
a) Otoritas
adalah keputusan yang dipaksakan kepada seseorang oleh individu yang berada
dalam posisi atasan
b) Individual
adalah keputusan dimana individu yang bersangkutan mengambil peranan dalam
pembuatannya. Keputusan individual terbagi menjadi dua macam, yakni:
a. Keputusan
opsional adalah keputusan yang dibuat oleh seseorang, terlepas dari keputusan
yang dibuat oleh anggota sistem.
b. Keputusan
kolektif adalah keputusan dibuat oleh individu melalui konsesnsus dari sebuah
sistem sosial
c) Kontingen
adalah keputusan untuk menerima atau menolak inovasi setelah ada keputusan yang
mendahuluinya.
Konsekuensi adalah perubahan yang
terjadi pada individu atau suatu sistem sosial sebagai akibat dari adopsi atau
penolakan terhadap inovasi . Ada tiga macam konsekuensi setelah diambilnya
sebuah keputusan, yakni:
· Konsekuensi
Dikehendaki VS Konsekuensi Tidak Dikehendaki
Konsekuensi dikehendaki dan tidak
dikehendaki bergantung kepada dampak-dampak inovasi dalam sistem sosial
berfungsi atau tidak berfungsi. Dalam kasus ini, sebuah inovasi bisa saja
dikatakan berfungsi dalam sebuah sistem sosial tetapi tidak menutup kemungkinan
bahwa sebenarnya inovasi tersebut tidak berfungsi bagi beberapa orang di dalm
sistem sosial tersebut Sebut saja revolusi industri di Inggris, akibat dari
revolusi tersebut sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemilik modal tetapi
tidak sesuai denganapa yang dikehendaki oleh tenaga kerja yang pada akhirnya
kehilangan pekerjaaan dan menjadi pengangguran.
· Konsekuensi
Langsung VS Koneskuensi Tidak Langsung
Konsekuensi yang diterima bisa
disebut konsekuensi langsung atau tidak langsung bergantung kepada apakah
perubahan-perubahan pada individu atau sistem sosial terjadi dalam respons
langsung terhadap inovasi atau sebagai hasil dari urutan kedua dari
konsekuensi. Terkadang efek atau hasil dari inovasi tidak berupa pengaruh
langsung pada pengadopsi.
· Konsekuensi
Yang Diantisipasi VS Konsekuensi Yang Tidak Diantisipasi
Tergantung kepada apakah
perubahan-perubahan diketahui atau tidak oleh para anggota sistem sosial
tersebut. Contohnya pada penggunaan internet sebagai media massa baru di
Indonesia khususnya dikalangan remaja. Umumnya, internet digunakan untuk
mendapatkan informasi yang terbaru dari segala penjuru dunia, inilah yang
disebut konsekuensi yang diantisipasi. Tetapi tanpa disadari penggunaan
internet bisa disalahgunakan, misalnya untuk mengakses hal-hal yang berbau
pornografi hal inilah yang disebut konsekuensi yang tidak diantisipasi. Remaja
menjadi mudah mendapatkan video atau gambar-gambar yang tidak pantas.
4. Tahap Pelaksanaan (Implementation)
Tahapan ini hanya akan ada jika
pada tahap sebelumnya, individu atau partisipan memilih untuk mengadopsi
inovasi baru tersebut. Dalam tahap ini, individu akan menggunakan inovasi tersebut.
Jika ditahapan sebelumnya proses yang terjadi lebih kepada mental
exercise yakni berpikir dan memutuskan, dalam tahap pelaksanaan
ini proses yang terjadi lebih ke arah perubahan tingkah laku sebagai
bentuk dari penggunaan ide baru tersebut.
5. Tahap Konfirmasi (Confirmation)
Tahap terakhir ini adalah tahapan
dimana individu akan mengevaluasi dan memutuskan untuk terus menggunakan
inovasi baru tersebut atau menyudahinya. Selain itu, individu akan mencari
penguatan atas keputusan yang telah ia ambil sebelumnya. Apabila, individu
tersebut menghentikan penggunaan inovasi tersebut hal tersebut dikarenakan oleh
hal yang disebutdisenchantment discontinuance danatau replacement discontinuance.
Disenchantment discontinuance disebabkan oleh
ketidakpuasan individu terhadap inovasi tersebut sedangkan replacement discontinuancedisebabkan
oleh adanya inovasi lain yang lebih baik.
Ada baiknya disertakn dengan daftar pustaka. :)
BalasHapusLebih baik dicantumkan daftar pustaka agar pembaca yang ingin tahu lebih jauh dapat mencari langsung dari sumbernya. Terima kasih :)
BalasHapusterima kasih sudah mempost ini
BalasHapusTerimah kasih
BalasHapusTerimah kasih
BalasHapusKami menyediakan Tenda untuk berbagai jenis acara outdor diantaranya :
BalasHapus*Tenda Roder / Tenda Hanggar / Tenda Dome dengan bahan Tiang alumunium, Dinding dan Atap PVC (PVC atap 850gr Blackout, Pvc dinding 550gr Blackout).
Tenda Roder sendiri biasa di gunakan sebagai:
-Tenda vaksinasi
-Tenda darurat Rumah sakit
-Posko Pengungsian
-Tenda Peresmian
-Tenda Pameran
-Tenda Gudang, dan masihbanyak fungsi lainnya
Tenda Roder sendiri memiliki beberapa bentangan yaitu bentangan 10, 15, dan 20. untuk panjangnya sendiri terhitung dari kelipatan 5 (cth: 5, 10, 15, 20 dst)
*Tenda Transparan
Tenda transparan itu memiliki kesan yang elegant karna bisa menampilkan suasana luar tenda dan sinar matahari ataupun binar binar luar tenda di malam hari, Tenda Transparan biasanya digunakan untuk:
-Acara Wedding
-Acara pesta
-Acara pesta malam
-Acara Event dan masih banyak lagi kegunaannya.
*Tenda Kerucut / Tenda Sarnavil
biasanya memiliki kegunaan untuk:
-Bilik desinfektan
-Event outdor
-Posko pengamanan covid
-Posko Polisi sementara
*Keunggulan Tenda Roder
Aplikasi Tenda Roder ini bisa memenuhi seluruh aspek acara mulai dari yang sifatnya komersial hingga bersifat emosional. Tenda ini mampu mengakomodasi kebutuhan dan kenyamaan penghuni maupun barang - barang didalamnya. Tenda ini juga mampu bertahan dengan kokoh meski tertiup angin saat hujan. Selain itu beberapa keunggulan lainnya yaitu :
- Mudah Untuk Diinstalasi
- Bersifat Portable / semi permanen
- Desain Bervariasi / Dapat di sesuaikan dengan keinginan anda
- Tidak memelukan IMB (ijin membangun bangunam)
- Nyaman digunakan karena menggunakan material yang tahan terhadap sinar UV
- Tempat Terbaik penyimpanan Barang Infustri
Untuk infirmasi pesanan lebih lanjut anda bia menghubungi 081316140397 RAHMA.
Office: Ruko Cendana Raya No. 15A, Bencongan Indah, Karawaci Tangerang.
SENIN - SABTU / 08.00 - 17.00
https://tendagudangjakarta.blogspot.com/
https://tendagudangbogor.blogspot.com/
https://id.pinterest.com/tangerang0290/
https://twitter.com/TangerangRoder
https://www.instagram.com/tendarodertangerang1/
https://sites.google.com/d/13ngcAypBp3gn-PdcA7XaRjpYZH8Cu3kM/p/1THW6hgDfmbFrFrMj9qbjdbOh4Fg7_
#tendamurah #sewatendamurah #jualtenda #jualtendamurah #jualsewatenda #jualsewatendamurah #tendamembran #tendahanggar #tendasarnafil #tendabazar #tendakerucut #tendagudang #tendajualan #tendadarurat #tendavaksin #tendaevent #tendaroder #tendapabrik #tendacafe #tendajabodetabek #tendatangerang #tendabogor #tendalaris #tendakerucut #tendapameran #tendakarnaval #tendavaksinasi #tendakerucut #tenda #jualtenda #jualtendajakarta