Sabtu, 19 November 2011

Konvergensi Media dan Manajemen Media Online

Konvergensi Media dan Manajemen Media Online

Pesatnya penggunaan internet berpengaruh secara meluas tidak hanya pada bidang teknologi, tetapi juga pada aspek sosial, politik, ekonomi-budaya, termasuk media massa. Dengan adanya internet, terjadi pemekaran (konvergensi) dari jenis-jenis media yang sudah ada sebelumnya. Perkembangan teknologi media yang cepat dengan kemampuan konvergensinya, secara perlahan tapi pasti akan berdampak pada sistem kerja media massa, terutama praktik jurnalistik. Meskipun prinsip-prinsip yang berkaitan dengan etika dasar tetap dipertahankan sesuai nilai universal jurnalisme: akurat, objektif, fair, seimbang, dan tidak memihak, namun dalam praktiknya, kehadiran jurnalisme online yang difasilitasi internet sedikit banyak mereduksi teknik-teknik jurnalisme konvensional yang selama ini berlaku. Perubahan itu tampak dari peran jurnalis, fungsi gatekeeper, karakteristik medium, hingga perilaku audiensnya.

Beberapa formula dalam pemberitaan jurnalisme online yang berbeda dengan media konvensional antara lain: Pertama, berita cepat tayang dan bahkan real time karena internet mampu memperpendek jarak antara peristiwa dan berita. Pada saat peristiwa berlangsung, beritanya bisa dipublikasikan secara luas. Kedua, berita ditayangkan kapan saja, dari mana saja, tanpa memperhitungkan luas halaman dan durasi, karena internet memang tidak memiliki problem ruang dan waktu dalam mempublikasikan informasi. Ketiga, berita diformat dalam bentuk singkat dan padat karena informasi terus mengalir dan berubah sewaktu-waktu. Namun kelengkapan informasi tetap terjaga karena antara berita yang satu dengan berita yang lain bisa dikaitkan (linkage) hanya dengan satu klik. Keempat, untuk menjaga kepercayaan pembaca, ralat, update, dan koreksi dilakukan secara periodik dan konsisten. Ini sekaligus memanfaatkan kekuatan interaktif internet (Supriyanto dan Yusuf, 2007: 104-105).
Menurut Sen dan Hill (2001: 227), di Indonesia, teknologi internet mulai populer sejak tahun 1994. Saat itu internet masih identik dengan materi pornografi dan gosip politik. Kehausan masyarakat Indonesia untuk mengakses gambar-gambar porno bisa dipuaskan oleh internet sehingga banyak pihak yang memperingatkan agar berhati-hati dengan internet. Di sisi lain, ketertutupun politik menyebabkan hadirnya berbagai forum mailing list. Salah satu yang paling terkenal adalah Indonesia-1 (kemudian lebih populer disebut apakabar). Forum di dunia maya ini membahas isu-isu politik di Indonesiayang dimoderatori oleh John MacDougall di Maryland, Amerika Serikat.

Pada tahun 1994-1995, apakabar dipandang oleh para aktivis LSM sebagai medium yang sangat berharga untuk menyebarkan berita-berita penting dalam negeri dan luar negeri yang bebas dari sensor. Mailing list tersebut telah menjadi “sebuah sarana luar biasa untuk menyatakan pendapat dan pikiran dengan bebas dan terbuka” (Sen dan Hill, 2001: 227). Madu (2003: 22) dan Winters (2002), menilai. Kehadiran  internet bahkan telah menciptakan ruang-ruang publik secara bebas dan otonom bagi oraganisasi atau kelompok untuk menentang kemampuan kekuasaan negara. Berdasarkan penelitian Sen dan Hill (2001: 227), sekitar akhir 1995, MacDougall memperkirakan ada sekitar 13.000 orang anggota mailing listapakabar, kebanyakan orang Indonesia yang tinggal di Indonesia.

Namun Supriyanto dan Yusuf (2007: 104) menilai, kesan yang umum berlaku pada saat itu, informasi politik yang muncul di dunia internet seringkali dicurigai tidak berdasarkan fakta akurat. Akibatnya internet identik dengan gosip politik dan berita sensasi. Persepsi buruk terhadap internet menjadi tantangan tersendiri bagi para pendiri portal khusus informasi atau situs berita (newsonline). Dengan modal pengalaman jurnalistik di berbagai media konvensional, serta pemahaman tentang teknologi internet sebagai media komunikasi interaktif, para pendiri situs berita mulai berani menerapkan prinsip-prinsip kerja jurnalisme di ranah internet. Dalam situasi perkembangan teknologi internet yang dipersepsikan demikian, satu-persatu situs yang mengkhususkan diri pada penyajian berita mulai bermunculan. Situs berita yang hadir di tengah-tengah gonjang-ganjing perpolitikan nasional lalu menjadi pilihan masyarakat yang tengah membutuhkan informasi yang cepat, dapat dipercaya, dan tentunya bebas dari sensor.
Pada awalnya, dimulai tahun 1995, beberapa perusahaan media cetak memajang produknya di website. Harian Republika (www.republika.co.id) dan Harian Kompas (www.kompas.com) adalah contoh perusahaan pers di Indonesia yang mengawali pemanfaatan website sebagai medium publikasi, lalu disusul media-media cetak lain. Namun apa yang dilakukan kedua harian tersebut tidak lebih dari sekadar menempatkan ulang produk yang sama dari versi cetak ke versi web. Sajian yang terdapat di situs web kedua harian tetrsebut hanyalah digitalisasi format teks dari versi cetaknya. Oleh karena itu, pada dasarnya saat itu kedua situs yang berdiri tetap saja bagian dari tradisi pers cetak, bukan pers online (Darsono, 2002).
Darsono (2002) menambahkan, situs web Tempo lnteraktif (www.tempo.co.id), yang menyusul setahun kemudian (Maret 1996), memberi warna baru dalam bidang publikasi berbahasa Indonesia di website. Setidaknya, Tempo Interaktif menjadi perusahaan pers pertama di Indonesia yang memanfaatkan teknologi web sebagai media publikasinya tanpa memiliki versi cetak, terkecuali penerbitan buku kumpulan artikel dalam Majalah Tempo sebelum dibredel (Juni 1994) yang pernah didokumentasikan di web tersebut. Meskipun demikian, praktik persTempo Interaktif tetap saja dalam bayang-bayang pendekatan tradisi pers cetak. Situs ini misalnya, hanya di-update seminggu sekali. Seolah merupakan pengejawantahan tradisi pers cetak yang mengenal periodisasi penerbitan—harian, mingguan, dwi mingguan, bulanan dan seterusnya.
Situs berita Detik.com (www.detik.com) oleh banyak orang dinilai sebagai pelopor praktik personline di Indonesia. Sejak pertama kali di-online-kan tanggal 9 Juli 1998, Detik.com bukan saja hanya menggunakan format penerbitannya dalam bentuk halaman-halaman web saja—tanpa versi cetak, namun juga memang sejak awal dirancang dengan mengakomodasi dan memanfaatkan kecanggihan, kemudahan, dan keleluasaan yang menjadi karakter teknologi web. Kesuksesan Detik.com mendorong situs berita dengan format sejenis bermunculan, seperti Astaga.comSatunet.com, Lippostar.com, dan Kompas Cyber Media (KCM) yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari Kompas.com.
Beberapa situs berita tersebut masih bertahan sampai saat ini, namun sebagian mengalami kerugian sehingga tutup atau bermetamorfisis ke dalam bentuk situs lain di luar kategori situs berita. Astaga.com dan Satunet.com kini sudah berganti format, sementara Detik.com, TempoInteraktif, dan Kompas Cyber Media (KCM) masih tetap eksis.

Fenomena ini menjadi menarik karena jika dirunut dari akar permasalahannya, problematika yang dihadapi oleh situs berita pada prinsipnya adalah bagaimana mengelola isi (content) situs bersangkutan, bukan hanya membangun web portal, lalu tinggal mengembangkannya saja. Untuk bisa tetapsurvive sebuah media online seperti situs berita membutuhkan perencanaan dan pengelolaan yang matang. Sejumlah kekhasan yang dimiliki media ini membuat para pengelolanya harus memperhatikan aspek-aspek pengelolaan informasi yang berbeda dengan media lain.

Banyaknya peristiwa yang terjadi dalam waktu bersamaan, pengutamaan kecepatan waktu penyampaian informasi, ruang media online yang terbatas, keterbatasan SDM yang dimiliki, serta karakter teknologi media yang kompleks, membuat format media dan produksinya pun akan berubah. Kenyataan ini seharusnya dapat diantisipasi oleh para pengelola media online. Sebagai contoh, sebuah studi yang dilakukan oleh Singer (2001) mengindikasikan bahwa ketika suratkabar menjadi online, peran penjaga gerbang (gatekeeper) mereka “menghilang” digantikan oleh tirani kecepatan (updating).
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah bagaimana manajemen pada sebuah media online dilakukan? Bagaimana pengelolaan media mulai dari struktur organisasi, SDM, infrastruktur teknologi? Pertanyaan-pertanyaan tersebut akhirnya bermuara pada persoalan mendasar berkaitan dengan situs berita, yakni bagaimana manajemen redaksional dijalankan pada media online? Tidak seperti media yang berbasis cetak, manajemen redaksional situs berita bekerja sejalan dengan karakter berbeda yang dimiliki oleh media online, baik dalam hal manajemen pemberitaan, pengelolaan rubrikasi, editing, dan hal-hal teknis jurnalistik lainnya.
Situs berita dirancang untuk diakses secara gratis oleh pembaca. Oleh karena itu, sejak kemunculan pertamanya, para pengelola sudah memikirkan bagaimana agar situs beritamampu mendapat dukungan iklan. Upaya meneliti bagaimana langkah-langkah pengelolaan situs berita di Indonesia menjadi relevan untuk melihat bagaimana problematika yang dihadapi dalam pengelolaan situs berita. Spektrum persoalan seputar finansial sebagai konsekuensi dari media berbasis dua muka (pembaca/pengakses dan pengiklan) akan menjadi warna tersendiri dalam upaya melihat manajemen redaksional dalam situs berita.

Awalnya banyak yang meragukan kemampuan internet menyingkirkan media cetak, apalagi radio dan televisi karena sifat internet yang tidak praktis dan mahal. Kenyataannya, asumsi bahwa internet tidak praktis hanya bertahan beberapa tahun. Internet dahulu dinilai tidak praktis karena dalam mengoperasikan dibutuhkan komputer, ruang khusus untuk komputer, serta jaringan telekomunikasi yang handal. Kini perkembangan perangkat keras teknologi komputer sudah menciptakan komputer jinjing-portable (laptop) yang bisa dibawa ke mana-mana sebagaimana orang menenteng koran. Teknologi Wi-Fi juga memungkinkan akses internet secara mudah di berbagai tempat yang menyediakan titik-titik hotspot untuk menikmati fasilitas tersebut. Munculnya teknologi broadband bahkan memudahkan orang mengakses internet di mana saja dengan teknologi mobile. Bila teknologi AMPS (generasi pertama/1G) yang muncul pada awal 1990-an sekadar melampaui keterbatasan fungsi telepon yang statis menjadi dinamis, serta hanya menampilkan suara, maka pada teknologi GSM (generasi kedua/2G) yang bergerak pada pertengahan dekade 1990-an, teknologi seluler tidak hanya mampu menjadi wahana tukar informasi dalam bentuk suara tetapi juga data, berupa teks dan gambar (SMS dan MMS). Karena murah, akses teknologi mobilegenerasi kedua ini berkembang pesat di Indonesia, sehingga memasuki 2000-an, handphone menjadi perangkat hidup (gadget) sehari-hari.

Sejak tahun 2006, masyarakat di Indonesia sudah bisa menikmati layanan audio-visual yang lebih canggih dengan teknologi generasi ketiga (3G). Ada juga pilihan koneksi internet ke aplikasi seluler dengan sistem UMTS, WiFi, dan WiMax. Berkaitan dengan kecepatan akses, beberapa jaringan operator seluler sudah memiliki jaringan paling cepat yang dikenal denganhigh-speed downlik packet access (HSDPA) atau yang sering disebut dengan 3,5G, yaitu generasi yang merupakan penyempurnaan dari 3G. Terakhir, vendor maupun operator seluler sudah mulai menggunakan teknologi next generation network (NGN) atau 4G (Subarkah,Kompas, 29 Juni 2007).
Pada babakan inilah apa yang disebut konvergensi media akan mencapai titik maksimal. Lewat segenggam handset, orang di berbagai penjuru dunia bisa mengakses informasi secara cepat dan lengkap sesuai kebutuhan. Komunitas pers menjadi pihak pertama yang memanfaatkan teknologi ini dengan menampilkan informasi dalam bentuk teks, gambar, audio, dan visual. Konsekuensinya, model-model jurnalisme via internet dan teknologi seluler yang mengusung kecanggihan teknologi ini juga membawa pengaruh bagi praktik kerja jurnalisme mainstream (cetak, radio, dan televisi).
Perspektif ini didukung oleh tujuan bahwa esensi dari proses komunikasi tetap tidak berubah. Apa yang membuat bentuk-bentuk komunikasi berbeda satu sama lain bukanlah penerapan aktualnya, namun perubahan-perubahan dalam proses-proses komunikasi seperti kecepatan komunikasi, harga komunikasi, persepsi-persepsi pihak-pihak yang berkomunikasi, kapasitas penyimpanan,  fasilitas tempat mengakses informasi, densitas (kepekatan/kepadatan), kekayaan arus-arus informasi, jumlah fungsionalitas/intelijen yang dapat ditransfer. Titik esensialnya adalah bahwa keunikan internet terletak pada efisiensinya sebagai sebuah medium. Namun esensi komunikasi secara keseluruhan dan jurnalisme khususnya tetap tidak berubah (Santana, 2005: 136).
Menurut Santana (2005: 136), terdapat tiga kelompok situs berita dalam kaitannya dengan isi. Pertama, model situs berita yang banyak digunakan oleh media berita konvensional, yakni sekadar merupakan edisi online dari medium induknya. Isi orisinilnya diciptakan kembali oleh internet dengan cara mengintensifkan isi dengan kapabilitas-kapabilitas teknis daricyberspace. Sejumlah fitur interaktif dan fungsi-fungsi multimedia ditambahkan. Isinya di-update lebih sering daripada medium induknya. Washington Post Online (www.washingtonpost.com), CNN Interactive (www.CNN.com), dan BBC News Online (www.BBC.co.uk) adalah contoh-contoh tipikal tipe ini. Kedua, bentukan situs Web-nya berisikan orisinalitas indeks, dengan cara mendesain ulang dan merubah isi dari berbagai media berita. Saloon.com atau Slate and Drudge Report.com masuk ke dalam tipe ini. Situs ini memendekkan portal-portal pemberitaan melalui indeksisasi dan kategorisasi, hasil seleksi berbagai media berita dan isi mereka. Berbagai model situs ini terfokus pada isu-isu spesifik, melayani kepentingan komunitas dan kelompok-kelompok tertentu, serta membuat saluran pertukaran pikiran dan diskusi interaktif dengan pembacanya. Ketiga, situs berita yang berisi diskusi dan komentar-komentar pendek tentang berita dan media. Media-media watchdogsmasuk ke dalam kelompok ini. Mereka menjadi saluran untuk diskusi masyarakat mengenai permasalahan yang mencuat.
Perkembangan teknologi jaringan komputer yang fantastis pada akhir dekade 1980-an mendorong lahirnya teknologi internet. Secara sederhana, internet dapat dipahami sebagai sebuah cara atau metode untuk mentransmisikan bit-bit data atau informasi dari satu komputer ke komputer yang lain, dari satu lokasi ke lokasi yang lain di seluruh dunia. Kelebihan teknologi internet adalah kemampuannya menjangkau seluruh penjuru dunia dalam waktu yang serentak. Internet juga memberikan ruang yang nyaris tak terbatas bagi setiap orang untuk menyimpan, mengirimkan, atau membuka akses informasi tersebut kepada siapa saja, kapan saja, dan di mana saja.
Apalagi, dengan dikenalkannya teknologi World Wide Web (WWW) pada awal tahun 1990-an oleh Tim Berners-Lee, internet dapat menampilkan “halaman-halaman” yang tidak hanya berisi teks, tetapi juga gambar, grafik, animasi, dan suara yang menarik serta penuh warna sehingga mampu menampilkan layanan multimedia yang bersifat audio-visual (data, citra, dan suara). Internet tidak saja dapat menyajikan data yang bersifat teks dan gambar, tetapi juga sinergi audio dan visual. Sifatnya yang dinamis dan interaktif membuatnya lebih menarik dibanding sumber media informasi lain.
Secara resmi, proyek internet pertama kali dikembangkan pada tahun 1969 oleh salah satu lembaga riset di Amerika Serikat, yaitu DARPA (Defence Advanced Research Projects Agency). Dilatarbelakangi perang dingin antara AS dan Uni Soviet, teknologi ini diciptakan dengan tujuan mengantisipasi kehilangan data penting yang dimungkinkan terjadi seandainya Uni Soviet berhasil menduduki basis militer AS. Tahun 1972, jaringan komputer yang pertama dihasilkan dari proyek DARPA tersebut lahir dan diberi nama ARPANet. Jaringan tersebut menghubungkan 40 titik melalui berbagai macam jaringan komunikasi dan tahan terhadap berbagai gangguan alam. Aplikasi yang dikembangkan pada saat itu masih sebatas FTP (File Transfer Protocol), email, dan telnet (Wahyono, 2006: 133).
Pada perkembangannya, titik yang dihubungkan pada jaringan ARPANet terus bertambah sehingga protokol NCP (Network Communication Protocol, yang saat itu digunakan tidak mampu lagi menampungnya. Setelah melalui penelitian lanjutan, akhirnya DARPA menemukan TCP (Transfer Communication Protocol) dan IP (Internet Protocol) untuk menggantikan NCP sebagai protokol standar resmi. Tahun 1984, jumlah host pada jaringan internet mencapai lebih dari 1.000 titik. Host-pun berkembang menjadi DNS (Domain Name Sytem) sebagai standardisasi nama domain dan menggantikan fungsi tabel host. Jumlah di atas pun terus berkembang sehingga pada tahun 1987 telah melewati 10.000 titik jaringan (Wahyono, 2006: 133).

Sebagai medium baru, internet dan produk turunannya memiliki karakteristik khas dibanding dengan media konvensional yang telah ada. Internet merupakan salah satu aplikasi teknologi yang mendasarkan diri pada sistem kerja (platform) komputer. Oleh karena itu, tipologi (sistem) komputer akan menjadi landasan utuk mengidentifikasi batasan serta karakteristik internet dan produk derivatnya. Salah satu derivat produk teknologi Internet adalah situs berita. Disebut derivat karena pada prinsipnya, situs berita adalah penamaan untuk menyebut salah satu jenis media online yang telah ada. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Ashadi Siregar (dalam Kurniawan, 2005: 20). Menurutnya:
“Media online adalah sebutan umum untuk sebuah bentuk media yang berbasis telekomunikasi dan multimedia (baca-komputer dan internet). Didalamnya terdapat portal, website (situs web), radio-online, TV-online, pers online, mail-online, dll, dengan karakteristik masing-masing sesuai dengan fasilitas yang memungkinkan user memanfaatkannya”.
Penggunaan instrumen komputer sebagai sarana produksi dan reproduksi informasi dalam penerbitan elektronik membawa implikasi terhadap sifat dan bentuk informasi yang dibawakannya. Dalam medium komputer ini informasi dikemas dalam format dokumen elektronik, bentuk ini menjadikan informasi tersebut memiliki sifat salah satunya mudah untuk di “customise”, atau diatur-atur sesuai kebutuhan dan pemanfaatannya. Selain itu juga semakin memudahkan transfer informasi antar pengguna dan pengakses penerbitan elektronik
Salah satu pendekatan dalam memahami media online juga dipaparkan oleh Ashadi Siregar (dalam Kurniawan, 2005: 20). Ia melihat media online, melalui kacamata pendefinisian suratkabar digital, yakni ebuah entitas yang merupakan integrasi media massa konvensional dengan internet. Identifikasinya terhadap ciri-ciri yang melekat pada surat kabar digital ditulisnya sebagai berikut :
1.      adanya kecepatan (aktualitas) informasi
2.      bersifat interaktif, melayani keperluan khalayak secara lebih personal
3.      memberi peluang bagi setiap pengguna hanya mengambil informasi yang relevan bagi dirinya/dibutuhkan
4.      kapasitas muatan dapat di perbesar
5.      informasi yang pernah disediakan tetap tersimpan (tidak terbuang), dapat ditambah kapan saja, dan pengguna dapat mencarinya dengan menggunakan mesin pencari
6.      tidak ada waktu yang diistimewakan (prime time) karena penyediaan informasi berlangsung tanpa putus, hanya tergantung kapan pengguna mau mengakses.
Salah satu desain media online yang paling umum diaplikasikan dalam praktik jurnalistik modern dewasa ini adalah berupa situs berita. Situs berita atau portal informasi sesuai dengan namanya merupakan pintu gerbang informasi yang memungkinkan pengakses informasi memperoleh aneka fitur fasilitas teknologi online dan berita didalamnya. Content-nya merupakan perpaduan layanan interaktif yang terkait informasi secara langsung, misalnya tanggapan langsung, pencarian artikel, forum diskusi, dll; dan atau yang tidak berhubungan sama sekali dengannya, misalnya games, chat, kuis, dll (Iswara, 2001).
Lebih lanjut tentang media online berupa portal informasi ini, Iswara (2001) menjelaskan karakteristik umum yang dimiliki media jenis ini, yaitu:
1.                  Kecepatan (aktualitas) informasi
Kejadian atau peristiwa yang  terjadi di lapangan dapat langsung di upload ke dalam situs web media online ini, tanpa harus menunggu hitungan menit, jam atau hari, seperti yang terjadi pada media elektronik atau media cetak. Dengan demikian mempercepat distribusi informasi ke pasar (pengakses), dengan jangkauan global lewat jaringan internet, dan dalam waktu bersamaan .dan umumnya informasi yang ada tertuang dalam bentuk data dan fakta bukan cerita.
2.         Adanya pembaruan (updating) informasi
Informasi disampaikan secara terus menerus, karena adanya pembaruan (updating) informasi. Penyajian yang bersifat realtime ini menyebabkan tidak adanya waktu yang diiistemewakan(prime time) karena penyediaan informasi berlangsung tanpa putus, hanya tergantung kapan pengguna mau mengaksesnya.
3.                  Interaktivitas
Salah satu keunggulan media online ini yang paling membedakan dirinya dengan media lain adalah fungsi interaktif. Model komunikasi yang digunakan media konvensional biasanya bersifat searah (linear) dan bertolak dari kecenderungan sepihak dari atas (top-down).Sedangkan media online bersifat dua arah dan egaliter. Berbagai features yang ada sepertichatroom, e-mail, online polling/survey, games, merupakan contoh interactive options yang terdapat di media online. Pembaca pun dapat menyampaikan keluhan, saran, atau tanggapan ke bagian redaksi dan bisa langsung dibalas.
4.                  Personalisasi
Pembaca atau pengguna semakin otonom dalam menentukan informasi mana yang ia butuhkan. Media online memberikan peluang kepada setiap pembaca hanya mengambil informasi yang relevan bagi dirinya, dan menghapus informasi yang tidak ia butuhkan. Jadi selektivitas informasi dan sensor berada di tangan pengguna (self control).
5.                  Kapasitas muatan dapat diperbesar
Informasi yang termuat bisa dikatakan tanpa batas karena didukung media penyimpanan data yang ada di server komputer dan sistem global. Informasi yang pernah disediakan akan tetap tersimpan, dan dapat ditambah kapan saja, dan pembaca dapat mencarinya dengan mesin pencari (search engine).
6.                  Terhubung dengan sumber lain (hyperlink)
Setiap data dan informasi yang disajikan dapat dihubungkan dengan sumber lain yang juga berkaitan dengan informasi tersebut, atau disambungkan ke bank data yang dimiliki media tersebut atau dari sumber-sumber luar. Karakter hyperlink ini juga membuat para pengakses bisa berhubungan dengan pengakses lainnya ketika masuk ke sebuah situs media online dan menggunakan fasilitas yang sama dalam media tersebut, misalnya dalam chatroom, lewat e-mail atau games.
Sebagaimana portal informasi, situs berita memiliki kesesuaian dengan karakter-karakter yang telah dipaparkan diatas (bahkan kalau boleh dikatakan identik). Sebab pada prinsipnya secara teknis tidak ada yang membedakan kedua jenis media online tersebut, keduanya memanfaatkan aplikasi teknologi internet yang sama (dibangun dengan konsep bahasa HTMLdan Java), dan menggunakan web browser sebagai sarana outputnya.

1 komentar:

Perangkat dan Framing Entman

Framing Entnam             Menurut Entnam, meskipun analisis framing dipakai dalam berbagai bidang studi yang beragam, satu faktor yang m...