MODEL
KOMUNIKASI MASSA
1. Lasswell’s Model (Model Lasswell)
Teori komunikasi yang dianggap
paling awal (1948). Lasswell menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk
menerangkan proses komunikasi adalah menjawab pertanyaan : Who says in which
channel to whom with what effect (Siapa mengatakan apa melalui saluran apa
kepada siapa dengan efek apa). Jawaban bagi pertanyaan paradigmatik : Lasswell
itu merupakan unsur-unsur proses komunikasi yaitu Communicator (komunikator),
Message (pesan), Media (media), Receiver (komunikan/penerima), dan Effeck
(efek).
Adapun fungsi komunikasi menurut
Lasswell adalah sebagai berikut :
The surveillance of the environment
(pengamatan lingkungan)
The correlation of the parts of
society in responding to the environment (korelasi kelompok-kelompok dalam
masyarakat ketika menanggapi lingkungan).
The transmission of the social
heritage from one generation to the next (transmisi warisan sosial dari
generasi yang satu ke generasi yang lain).
2. S-O-R Theory (Teori S-O-R)
Teori S-O-R singkatan dari
Stimulus-Organism-Response ini semua berasal dari psikologi. Objek material
dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya
meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi afeksi dan konasi.
Menurut stimulus response ini efek
yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga
seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan
reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah ;
Pesan (stimulus, S) Komunikan (organism,
O) Efek (Response, R)
Dalam proses perubahan sikap tampak
bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar
melebihi semula. Mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan
bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting yaitu : (a)
perhatian, (b) pengertian, dan (c) penerimaan.
Stimulus atau pesan yang disampaikan
kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan
berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan
mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya.
Setelah komunikan mengolahnya dan
menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.
3. S-M-C-R model (Model S-M-C-R)
Rumus S-M-C-R adalah singkatan dari
istilah-istilah : S singkatan dari Source yang berarti sumber atau komunikator
; M singkatan dari Message yang berarti pesan ; C singkatan dari Channel yang
berarti saluran atau media, sedangkan R singkatan dari Receiver yang berarti
penerima atau komunikan.
Khusus mengenai istilah Channel yang
disingkat C pada rumus S-M-C-R itu yang berarti saluran atau media, komponen
tersebut menurut Edward Sappir mengandung dua pengertian, yakni primer dan
sekunder. Media sebagai saluran primer adalah lambang, misalnya bahasa, kial
(gesture), gambar atau warna, yaitu lambang-lambang yang dieprgunakan khusus
dalam komunikasi tatap muka face-to-face communication), sedangkan media
sekunder adalah media yang berwujud, baik media massa, misalnya surat kabar,
televisi atau radio, maupun media nir-massa, misalnya, surat, telepon atau
poster. Jadi, komunikator pada komunikasi tatap muka hanya menggunakan satu
media saja, misalnya bahasa, sedangkan pada komunikasi bemedia seorang
komunikator, misalnya wartawan, penyiar atau reporter menggunakan dua media,
yakni media primer dan media sekunder, jelasnya bahasa dan sarana yang ia
operasikan.
4. The Mathematical Theory of Communication (Teori
Matematika Komuikasi)
Teori matematikal ini acapkali
disebut model Shannon dan Weaver, oleh karena teori komunikasi manusia yang
muncul pada tahun 1949, merupakan perpaduan dari gagasan Claude E. Shannon dan
Warren Eaver. Shannon pada tahun 1948 mengetengahkan teori matematik dalam
komunikasi permesinan (engineering communication), yang kemudian bersama Warren
pada tahun 1949 diterapkan pada proses komunikasi manusia (human
communication).
Sumber informasi (information
source) memproduksi sebuah (message) untuk dikomunikasikan. Pesan tersebut
dapat terdiri dari kata-kata lisan atau tulisan, musik, gambar, dan lain-lain.
Pemancar (transmitter) mengubah pesan menjadi isyarat (signal) yang sesuai bagi
saluran yang akan dipergunakan. Saluran (channel) adalah media yang menyalurkan
isyarat dari pemancara kepada penerima (receiver). Dalam percakapan sumber informasi
adalah benak (brain) pemancar adalah mekanisme suara yang menghasilkan isyarat,
saluran (channel) adalah udara.
5. The Osgood and Schramm Circular Model (Model sirkular
Osgood dan Schramm)
Jika model Shannon dan Weaver
merupakan proses linier, model Osggod dan Schramm dinilai sebagai sirkular
dalam derajat yang tinggi. Perbedaan lainnya adalah apabila Shannon dan Weaver
menitikberatkan perhatiannya langsung kepada saluran yang menghubungkan
pengirim (sender) dan penerima (receiver) atau dengan perkataan lain
komunikator dan komunikan. Schramm dan Osgood menitikberatkan pembahasannya pad
perilaku pelaku-pelaku utama dalam proses komunikasi.
Shannon dan Weaver membedakan source
dengan transmitter dan antara receiver dengan distination. Dengan kata lain,
dua fungsi dipenuhi pada sisi pengiriman (transmiting) dan pada sisi
pemnerimaan (receiving ) dari proses.
Pada Schramm dan Osgood ditunjukkan
fungsinya yang hampir sama. Digambarkannya dua pihak berperilaku sama, yaitu
encoding atau menajdi, decoding atau menjadi balik, dan interpreting atau
menafsirkan.
6. Dance’Helical Model (Model
Helical Dance)
Model komunkasi helical ini dapat
dikaji sebagai pengembangan dari model sirkular dari Osggod dan Schramm. Ketika
membandingkan model komunikasi linier dan sirkular, Dance mengatakan bahwa
dewasa ini kebanyakan orang menganggap bahwa pendekatan sirkular adalah paling
tepat dalam menjelaskan proses komunikasi.
Heliks (helix), yakni suatu bentuk
melingkar yang semakin membesar menunjukkan perhatian kepada suatu fakta bahwa
proses komunikasi bergerak maju dan apa yang dikomunikasikan kini akan
mempengaruhi struktur dan isi komunikasi yang datang menyusul. Dance
menggarisbawahi sifat dinamik dari komunikasi
Proses kounikasi, seperti halnya
semua proses sosial, terdiri dari unsur-unsur, hubungan-hubungan dan
lingkungan-lingkungan yang terus menerus berubah. Heliks menggambarkan
bagaimana aspek-aspek dri proses berubah dari waktu ke waktu.
Dalam percakapan ,misalnya bidang
kognitif secara tetap membesar pada mereka yang terlibat. Para aktor komunikasi
secara sinambung memperoleh informasi mengenai topik termasa tentang pandangan
orang lain, pengetahuan dan sebagainya.
7. Newcomb’ABX Model (Model ABX Newcomb)
Pendekatan komunikasi yang
berdasarkan pada pendekatan seorang pakar psikolog sosial berkaitan dengan
interaksi manusia. Dalam bentuk yang paling sederhana dari kegiatan komunikasi
seseorang A menyampaikan informasi kepada orang lain B mengenai sesuatu X.
Model ini menyatakan bahwa orientasi A (sikap) terhadap B dan terhadap X adalah
saling bergantung dan ketiganya membentuk sistem yang meliputi empat orientasi.
Seperti dikutip Effendy (2003)
menurut Severin dan Tankard (1992) pada model newcomb ini komunikasi merupakan
cara yang biasa dan efektif dimana orang-orang mengorientasikan dirinya
terhadap lingkungannya.
8. The Theory of Cognitive Dissonance (Teori Disonansi
Kognitif)
Istilah disonansi kognitif dari
teori yang ditampilkan Festinger ini berarti ketidaksesuain antara kognisi
sebagai aspek sikap dengan perilaku yang terjadi pada diri seseorang. Orang
yang mengalami disonansi akan beruapaya mencari dalih untuk mengurangi
disonansinya. Pada umunya orang berperilaku ajeg atau konsisten dengan apa yang
diketahuinya. Tetapi kenyataan menunjukkan bahwa sering pula seseorang
berperilaku tidak konsisten seperti itu. Jika seseorang mempunyai informasi
atau opini yang tidak menuju ke arah menjadi perilaku, maka informasi atau
opini itu akan menimbulkan disonansi dengan perilaku.
9. Innoculation Theory (Teori Inokulasi)
Teori inokulasi atau teori suntikan
yang pada mulanya ditampilkan oleh Mcguire ini mengambil analogi dari peristiwa
medis. Orang yang terserang penyakit cacar, polio disuntik. Diberi vaksin untuk
merangsang mekanisme daya tahan tubuhnya. Demikian pula halnya dengan orang
yang tidak memiliki informasi mengenai suatu hal atau tidak menyadari posisi
mengenai hal tersebut, maka ia akan lebih mudah untuk dipersuasi atau dibujuk.
Suatu cara untuk membuatnya agar tidak mudah kena pengaruh adalah ”menyuntiknya”
dengan argumentasi balasan (counterarguments).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar