MENANGANI KRISIS
Organisasi sebagai suatu sistem memiliki potensi kontroversial atau
konflik. Kedua hal tersebut akan selalu ada dan bahkan tidak bisa dihindari.
Kontroversial maupun konflik terjadi karena adanya sejumlah perbedaan dalam
kepentingan, tujuan, kebutuhan, komunikasi dan sebagainya. Konflik atau
kontroversial yang berkepanjangan jika tidak segera diatasi akan menimbulkan
masalah krisis. Terjadinya krisis terkadang memaksa pihak manajemen untuk
berpikir positif, kreatif, inovatif. Dengan cara tersebut dapat menemukan
cara-cara atau sistem untuk memperbaiki manajemen dan strukturisasi organisasi
serta operasionalisasi pelayanan jasa. Istilah krisis erat kaitannya dengan
pandangan sistem, khususnya sistem terbuka dan dipergunakan untuk menunjukkan
kehancuran yang terjadi pada efektifitas kerjanya. (Kasali, 1994 : 221)
Pertama, Krisis diartikan sebagai bencana kesengsaraan atau marabahaya yang
datang mendadak. Krisis dalam artian ini mengasumsikan bahwa sumber krisis
berada diluar kekuatan manusia juga diluar sistem dan pada saat kemunculannya
diluar perhitungan.
Kedua, Krisis digunakan untuk menunjukkan bahaya yang datang secara berkala
karena tidak pernah diambil tindakan memadai.
Dalam artian ini, krisis berada diluar kekuatan manusia tetapi kemunculan
dan berakhirnya dapat diperhitungkan.
Ketiga, Krisis diartikan sebagai ledakan dari serangkaian peristiwa penyimpangan
yang terabaikan, sehingga akhirnya sistem menjadi tidak berdaya lagi. Krisis
jenis ketiga ini bersumber pada disfungsionalisasi sistem dan kelaian dalam
perusahaan atau organisasi.
Pengertian krisis pada dasarnya merupakan titik penentu atau momentum yang
dapat mengarah pada kehancuran atau kejayaan. Dan arah perkembangan menuju
kehancuran atau kejayaan tersebut sangat tergantung pada pandangan, sikap dan
tindakan yang diambil terhadap krisis tersebut. Krisis memberi kesempatan bagi
orang-orang tertentu untuk menjadi pahlawan, penyelamat atau menjadi pengubah.
Krisis yang berhasil diatasi pada umumnya akan melahirkan nama besar, keharuman
dan reputasi. Djamaludin Ancok Ph. D dalam makalahnya
“Kiat Menghadapi Krisis dalam
Perusahaan”
mengatakan bahwa
“Suatu krisis adalah situasi yang
merupakan titik balik (turning point) yang dapat membuat baik atau buruk. Jika
dipandang dari kacamata bisnis “Titik krisis merupakan penentu untuk selanjutnya”.
(Ruslan, 1994 : 98)
Dampak dari krisis adalah kemelut yang merupakan malapetaka yang dapat
merugikan organisasi itu sendiri maupun komunitas sekitar. Dengan adanya krisis
akan meresahkan masyarakat sekitar, bahkan secara tidak langsung dapat
mengancam citra organisasi. Dampak lain dari krisis adalah kehilangan
kepercayaan dan buruknya reputasi organisasi di mata masyarakat. Langkah
pertama dalam penanganan krisis adalah identifikasi penyebab krisis untuk
mengetahui tipe, jenis, tahapan-tahapan yang sedang terjadi karena identifikasi
yang benar akan menghasilkan strategi antisipasi yang tepat. Untuk itu hal
pertama yang dilakukan oleh public relations adalah segera menentukan tipe dari
krisis karena keseluruhan respon yang diambil akan bergantung pada tipe dan
durasi dari scenario yang memungkinkan akan terjadi.
Linke mengelompokkan krisis dalam empat jenis berdasarkan jangka waktu
terjadinya serta antisipasi yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen dalam
menghadapi krisis yaitu : (Linke, 1989 : 167)
1.
The exploding crisis, krisis ini
adalah sesuatu yang terjadi diluar kebiasaan, misalnya : kebakaran, kecelakaan
kerja atau peristiwa
2.
yang dengan mudah dapat
dikategorikan dan dikenali yang mempunyai dampak langsung.
3.
The immediate crisis, yaitu
sebuah kejadian yang mungkin membuat pihak manajemen terkejut, tetapi masih ada
waktu untuk mempersiapkan respon dan antisipasi terhadap krisis tersebut.
Misalnya : pengumuman pemerintah tentang ambang batas pencemaran, adanya
skandal kerja.
4.
The building crisis, yaitu sebuah
krisis yang sedang dalam proses dan antisipasi. Krisis ini dapat dirasakan
kedatangannya oleh pihak manajemen sehingga pihak manajemen sudah mempunyai
antisipasi. Misalnya negosiasi dengan buruh.
5.
The continuing crisis,
yaitu masalah kronis yang dialami suatu lembaga dan memerlukan waktu yang
panjang untuk muncul menjadi sebuah krisis dan bahkan mungkin tidak dikenali
sama sekali, misalnya masalah isu keamanan.
Menurut Steven Fink, seorang konsultan krisis dari Amerika mengembangkan
konsep anatomi krisis yang dibagi atas empat tahap. Tahap-tahap tersebut saling
berhubungan dan membentuk siklus. Lamanya masing-masing tahap tersebut
tergantung pada sejumlah variable. Terkadang keempat tahap berlangsung singkat,
tetapi ada kalanya membutuhkan waktu berbulan-bulan. Misalnya jenis bahaya,
usia perusahaan, kondisi perusahaan, ketrampilan manajer, dan sebagainya.
Empat tahap atau fase tersebut adalah : (dalam Ruslan, 1994 : 93-103)
1. Tahap Prodromal
Suatu krisis besar biasanya bermula dari krisis yang kecilkecil sebagai
pertanda atau gejala awal (sign of crisis) yang akan menjadi suatu krisis
sebenarnya yang akan muncul dimasa yang akan datang. Pada tahap ini sebenarnya
sudah diketahui gejala-gejalanya, tetapi tidak ditanggapi dengan serius atau
tanpa mengambil tindakan pengamanan tertentu.
2. Tahap Akut
Bila prakrisis tidak terdeteksi dan tidak segera diambil tindakan yang
tepat, maka akan menimbulkan masalah yang lebih fatal. Tahap akut adalah tahap
antara, yang paling pendek waktunya bila dibandingkan dengan tahap-tahap
lainnya. Namun salah satu kesulitan besar dalam menghadapi krisis pada tahap
akut adalah intensitas dan kecepatan serangan yang datang dari berbagai pihak
yang menyertai tahap ini. Kecepatan ditentukan oleh jenis krisis yang menimpa
perusahaan atau organisasi, sedangkan intensitas ditentukan oleh kompleks
permasalahan. Meskipun tahap ini merupakan krisis yang berlangsung secara
singkat, tetapi masa akut ini adalah masa yang cukup menegangkan dan paling
melelahkan untuk ditangani.
3. Tahap Kronis
Adalah masa pemulihan citra (image recovery) dan merupakan upaya meraih
kepercayaan kembali dari masyarakat. Masa krisis kronis berlangsung cukup
panjang tergantung pada jenis dan bentuk krisisnya. Tahap kronis juga merupakan
masa untuk mengadakan instropeksi kedalam dan keluar tentang kenapa dan mengapa
krisis bisa terjadi?. Masa ini juga sangat menentukan berhasil atau tidaknya
melewati masa krisis, bila terjadi keguncangan manajemen dan kebangkrutan
perusaaan atau organisasi.
4. Tahap Resolusi
Tahap ini adalah tahap penyembuhan (pulih kembali) dan tahap terakhir dari
empat tahap krisis. Pada masa ini, perusahaan atau organisasi yang bersangkutan
akan bangkit kembali seperti sedia kala. Setelah melalui proses perbaikan dan
pemulihan sistem produksi, pelayanan jasa, strukturalisasi manajemen dan
operasionalisasi. Setelah itu baru memikirkan pemulihan citra (image recovery)
dan mengangkat nama perusahaan dimata khalayak dan masyarakat luas lainnya.
Pada tahap ini secara operasional, personel dan manajemen menjadi lebih matang
dan mantap, karena sudah melaui proses perbaikan dan restrukturalisasi dan lain
sebagainya. Khususnya bagi praktisi Public Relations akan lebih siap dengan
kiat manajemen krisis untuk mengantisipasi hal serupa dikemudian hari.
شركة تنظيف سجاد بالدمام
BalasHapusشركة تنظيف مجالس بالدمام